Monday 1 September 2014

Kamu pilih mana, pacar kamu mendua atau dia merokok?

Kemarin saya baru saja menempuh perjalanan panjang dari kampung halaman menuju Jakarta Raya. Seperti orang kebanyakan, 17 jam duduk berdekatan tentu saja membuat kami sedikit basi basi untuk sekedar melupakan capeknya perjalanan. Dari pembicaraan yang benar - benar basa basi, orang di samping saya yang tidak mau menyebutkan identitaanya bertanya :" Kamu pilih mana, pacar kamu mendua atau dia merokok?."

Saya tidak pernah membenci perokok apalagi menghujat orang yang merokok. Hidup itu pilihan dan hak mereka untuk memilih menjadi perokok. Namun, jujur saya sangat keberatan jika orang yang saya sayangi merokok. Dari situ sudah kelihatan bahwa jawaban saya adalah lebih baik dia mendua dalam konteks hubungan belum pernikahan. Jika pasangan saya mendua berarti sudah jelas dia tidak layak untuk dipertahankan sehingga ini jauh lebih mudah bagi saya untuk melepaskan dia. Sedangkan saya pasti akan dilematis ketika pasangan saya merokok. Saya tidak mungkin merasa benci dan sayang pada satu orang yang sama dalam waktu bersamaan. Saya takut kamu berhasil meyakinkan saya kalau kamu berubah, sementara merubah kebiasaan orang tak semudah membalik telapak tangan. Bagaimana mungkin saya tidak dilematis jika menurut saya kesalahannya masih dalam gray zone. Lebih baik saya dihadapkan pada hitam atau putih daripada harus digantungkan pada abu-abu.

Dari jawaban tersebut Mr.X lalu bertanya :" Apakah kamu putusin pacar kamu kalau ternyata dia merokok?". Jawaban saya sederhana, kalau sekarang jawaban saya pasti iya tapi ini beda cerita kalau nanti ketika cinta membuat logika saya sudah lumpuh. Mendengar jawaban saya seperti itu dia tertawa entah apa maksudnya. Flash back sedikit ke belakang, Mr.x mengaku sebagai perokok berat lalu dia bilang :"Cowok kalau tidak merokok itu tidak jantan". Saya tidak mengiyakan atau menyanggah pernyataan itu tapi saya hanya menjawab :"oh ya?". Dia berkata sepertinya kamu tersinggung dengan pernyataan tadi. Memang orang-orang terdekat (red:Ayah) saya tidak merokok, sehingga saya terbiasa dengan mindset anti rokok. Meskipun berkali-kali saya jelaskan tentang toleransi saya terhadap perokok. Saya tidak pernah keberatan dengan perokok, asal jangan Ayah atau Kekasih saya.

Bagaimana mungkin saya membiarkan orang-orang yang saya sayangi memasukkan racun ke tubuhnya perlahan-lahan. Dengan kalian tidak merokok, itu sama halnya dengan mengahargai diri kalian sendiri dan pula memberi kenyamanan bagi orang terdekat anda. Saya pernah baca tulisan yang saya lupa sumbernya ,"BAGAIMANA BISA KEBEBASAN MEROKOK DAN HAK MENGHIRUP UDARA BERSIH BISA BERIRINGAN?". Tidak usah merokokpun kamu sudah keren banget justru kalau merokok kegantengan kamu turun. Jika sayang itu benar, tentu kamu tidak akan melakukan yang dia tidak suka.

Share:

0 comments:

Post a Comment