Wednesday 26 November 2014

Stranger in the train (Again)

Kesibukan dikampus telah membuat kelelahan saya mencapai puncaknya. Jiwa tak lagi punya tenaga dan raga tak lagi memiliki apa yang dicarinya. Dengan alasan ingin mengumpulkan kembali semangat dengan bertemu orang-orang terkasih, saya putuskan tanggal 20 kemarin untuk pulang. FYI, ini hanya selang sehari dari acara terakhir di sisa masa pengabdian saya pada kepengurusan BEM FISIP UI 2013.

Ketika kamu sudah lelah dengan ini semua, pulanglah karena disana ada ibu yang siap memelukmu sampai seolah meruntuhkan beban yang membuatmu sangat lelah. Disana juga ada Ayah, sepatah dua patah kata bijak darinya akan membantumu berdiri lagi menapaki jalanmu sebagaimana semangatmu ketika ini semua belum terjadi. Ada banyak orang yang mampu membuatmu lupa dengan perjalananmu yang terkadang sedikit menyakitkan, sekedar tertawa bersama atau minum kopi bersama. Itulah kenapa saya tak pernah kekurangan alasan untuk pulang, tidak peduli sejauh dan selama apa perjalanan yang harus ditempuh karena kepuasan batin mampu mengalahkan itu semua. walau terkadang waktu dijalan dan waktu dirumah sedikit tidak sepadan. 

Dulu saya takut sekali pulang sendiri, tapi seiring waktu saya sudah terbiasa dengan itu. Bahkan ada kepuasan tersendiri ketika kamu bisa melawan itu. Tentu wajar sebagai seorang wanita kita takut naik kereta ekonomi sendiri sementara dulu kemana-mana selalu diantar orang tua. Inilah titik tolak dimana persepsi saya berubah dan sedikit berpikir positif tentang diri saya sendiri. Saya senang sekali, perjalanan pertama kali saya pulang sendiri sangat menyenangkan. 

Saya naik kereta matarmaja dari Pasar Senen ke Kediri, Saya mendapat kursi 22A, ini adalah kursi 2-3 yang berada pas disamping toilet. Depan saya kursi untuk 3 orang tetapi hanya ditempati 2 orang, sedangkan samping saya juga kosong. 13 jam dikereta bukanlah sesuatu yang menyenangkan kecuali kamu menemukan partner menciptakan suasana itu. Semenjak bertemu dengan mereka, keraguan saya untuk pulang sendiri berkurang karena saya selalu optimis kalau perjalanan selanjutnya akan semenyenangkan itu. 

Perjalanan kemarinpun seseru itu, meskipun tidak serame yang dulu tapi banyak hal yang bisa saya terima dari sharingnya dia. Bahkan dengan waktu sesingkat itu saya sedikit banyak tahu tentang kondisinya yang mungkin sedikit bertolak belakang dengan saya sehingga membuat diri ini bersyukur atas segala apa yang ada. Saya kemarin naik di stasiun nganjuk pas saya naik sudah ada dia di kursi saya, awalnya saya sedikit ragu karena kondisi kereta masih sepi dan penampilannya yang terkesan sedikit acak-acakan membuat saya hanya berani menilainya dari bahasa non verbalnya. 

Matanya merah dan wajahnya sedikit lusuh samasekali tidak mencerminkan keramahan dan umurnya sekitar 30 tahunan. Saya perhatikan satu persatu, saya mulai menemukan titik terang ketika membaca jaket yang dia pakai bertuliskan magister computer science IPB. Oke, saya mulai membuka omongan dengan bertanya dia mau kemana? setelah itu justru keadaan berbaik karena ternyata dia orangnya cukup terbuka, justru sayayang masih memilah-milah informasi mana yang harus saya bagi. Awalnya dia juga masih sedikit menutup diri tetapi ketika saya pakai hoodie yang bertuliskan FISIP UI, seolah dia menjadi lebih tertarik untuk membahas mengenai pendidikan. Benar saja begitu karena ternyata dia adalah seorang dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di Bogor. Banyak kisahnya yang membuat saya cukup menerima pelajaran. Terimakasih untuk sharing anda kemarin, semoga Tuhan selalu memberkahi hidupmu. 

Share: