Friday 3 May 2019

Ayo Hijrah: Kampanye Inspiratif Bank Muamalat Indonesia

Assalamualaikum,
Bagaimana kabarnya teman-teman hari ini? semoga kita semua selalu terjaga dalam kebaikan dan keberkahan

Akhir-akhir ini di dunia maya semakin banyak akun yang masif melakukan dakwah untuk mengajak hijrah. Pun di layar televisi kita, mulai banyak terlihat artis yang mengenakan hijab, aktif melakukan dakwah, dll. Hingga fenomena ini memunculkan istilah baru yaitu "artis hijrah". Dengan adanya tren ini, rasanya mendengar kata hijrah sudah tidak seberat dulu. Sebelum ini, hijrah lebih identik dengan perpindahan tempat, seperti hijrahnya Rasulullah dari Mekah ke Madinah. Hal ini menarik dan mungkin mengundang pertanyaan dalam benak kita, jadi sekarang apa parameter seseorang dapat dikatakan sudah hijrah?

Seorang muslim adalah yang membuat orang-orang muslim lain selamatdari lisan dan tangannya. Adapun orang yang berhijrah (muhajirin) adalah orang hijrah meninggalkan larangan-larangan Allah. (HR Bukhari)
Jika merujuk pada hadits tersebut, maka pada dasarnya hijrah menurut islam adalah meninggalkan segala hal yang dilarang atau dibenci Allah SWT. Makna ini tentu dapat meluas jika kita korelasikan dengan turunan hal-hal yang dilarang Allah dalam kehidupan sehari-hari. Seperti hijrah pekerjaan, lingkungan, pergaulan, penampilan bahkan ada hijrah keuangan, dst.

Salah satu contoh yang menarik adalah hijrah keuangan, kampanye inspiratif ini diisiasi oleh Bank Muamalat Indonesia. Sebagai syariah pertama di Indonesia, melalui gerakan #ayohijrah Bank Muamalat mengkampanyekan untuk menjalani kehidupan sesuai tuntunan islam, khususnya pada sektor keuangan. Bank Muamalat mengajak masyarakat untuk mengelola dananya secara syariah sehingga tercapai kehidupan yang lebih baik dan berkah.

Sejalan dengan gerakan ayo hijrah ini, Bank Muamalat menyediakan berbagai layanan perbankan syariah untuk nasabah. Seperti tabungan hijrah, tabungan hijrah haji dan umroh, tabungan hijrah rencana, tabungan hijrah prima, deposito hijrah, dll. Semua pengelolaan dana didasarkan pada prinsip-prinsip syariah dan diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah. Selain itu, sejak didirikan tahun 1992 Bank Muamalat tidak pernah menginduk kepada bank lain, sehingga lebih terjaga kemurnian syariahnya.

Masalah pengelolaan keuangan bagi saya sangat rentan sekali, sehingga jangan sampai kita titipkan kepada pihak yang salah. Penting untuk memilih lembaga yang syariah, agar dana yang kita titipkan terjaga kehalalannya. Terlebih jika suatu saat ada kemungkinan tabungan itu kita gunakan untuk membeli sesuatu yang keperluan perut dan ibadah.

Tahun 2018, orang tua saya berangkat haji dan beliau mempercayakan pendaftarannya melalui bank Muamalat cabang Kediri. Sebelumnya Beliau sempat mencari informasi ke beberapa bank lain, tapi akhirnya pilihan tetap jatuh kepada bank yang jelas memegang prinsip-prinsip syariah. Alhamdulillah, mulai dari pendaftaran, mendapat nomor porsi, pelunasan hingga berangkat tidak ada masalah apapun.


Perjalanan hijrahku

Dulu saya juga gak terlalu ambil pusing masalah religi, selama kita beribadah wajib dan berbuat baik kepada sesama rasanya itu sudah cukup. Namun belakangan ketika saya mulai memperbaiki diri dan belajar agama lagi, mulai muncul keresahan dan kesadaran pemahaman saya salah.

Sejak 2013, saya kuliah dan kost di wilayah Depok. Awalnya semua terasa baik-baik saja, tapi seiring berjalan waktu kehidupan saya semakin tidak teratur dan sangat tidak nyaman. Puncaknya adalah ketika saya sudah tidak merasakan lagi ketenangan dan kedamaian ketika shalat dan membaca al Quran. Ketidaknyamanan ini semakin menjadi-jadi, sampai akhirnya saya memutuskan untuk langsung pulang sehari setelah wisuda.


Sesampainya di Kediri, saya tidak langsung menemukan apa yang saya cari. Hidayah itu datang lewat wasilah adik saya. Setelah ramadhan 2017 dia resmi menyandang status santri salah satu pesantren di Jawa Timur. Hal itu membuat saya jadi sangat sering berkunjung ke pesantren, dari mulai pulang pergi sampai pernah menginap sepuluh hari. Ketika masuk lingkungan pesantren mau tidak mau harus menyesuaikan diri, minimal penampilan.

Pada titik ini saya sudah membiasakan diri tidak lagi nongkrong malam hari, memuseumkan celana jeans yang dulu jadi andalan setiap hari, dan tidak menggunakan kerudung yang berbahan sangat tipis lagi. Setelah itu, Allah memberikan ilmu baru lagi mengenai riba. Entah darimana mulanya tapi saya menjadi sangat tertarik dengan topik ini. Sampai kemudian saya mulai belajar menerapkan dalam kehidupan.



Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan kebaikan hambaNya, meskipun hanya sebesar biji zarah. Masih banyak dosa dan khilaf yang saya lakukan, bahkan terkadang banyak kebenaran yang masih saya pertanyakan. Tapi Allah Maha Pemurah, tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan juga. Bahkan ketika kita baru niat saja, itu sudah dicatat sebagai satu kebaikan. Allah terus bukakan pintu kebaikan itu silih berganti.

Menjelang ramadhan 2018, saya memiliki rencana untuk ikut program pesantren kilat di pesantren yang sama dengan adik saya. Singkat cerita program tersebut berbayar dan tidak murah untuk saya yang belum berpenghasilan. Tapi ada keyakinan kuat. saya punya Allah Yang Maha Kaya. Saya meminta ke Allah sudah seperti anak-anak yang minta uang jajan ke orang tua. Sampai akhirnya hari terkahir pendaftaran dan uang saya tetap belum cukup untuk mendaftar.

Selepas shalat isya, masih dalam kondisi duduk di atas sajadah, saya menangis sejadi-jadinya. Niat dan tujuan saya baik, tapi kenapa Allah tidak mengizinkan?

Ternyata cerita belum selesai, Allah punya rencana lebih baik dari yang saya miliki. Masih di atas sajadah dengan air mata bercucuran, Allah gerakkan saya untuk mengambil HP dan membuka Instagram. Postingan pertama yang ada di beranda saya adalah postingan Ustadz Yusuf Mansur, poster santri ramadhan majelis Ar Raudhah pimpinan Habib Novel Alaydrus Solo. Tertulis sangat jelas di poster itu gratis 100% dan akhirnya detik itu juga saya daftar.

Alhamdulillah, akhirnya saya berangkat ke Solo. Padahal saya tidak tahu sama sekali siapa itu Habib Novel, tapi ada keyakinan luar biasa untuk berangkat. Selama menjadi santri di Ar Raudhah, hati saya yang dulu rasanya hampa mulai bergairah. Masalah selalu datang silih berganti, tapi hati terasa lebih tenang dalam menyikapi. Seringkali saya meneteskan air mata, sebab apa yang Habib katakan sangat mengena. Allah memang tidak memberikan apa yang saya inginkan, tapi Allah berikan apa yang saya butuhkan. Ketika saya tertatih-tatih dalam perjalanan hijrah ini, Allah langkahkan kaki saya kepada seorang guru yang pas untuk saya ikuti.

Mulai saat itu, inner circle saya sedikit berubah. Alhamdulillah, saya mulai mengenal ulama dan habaib, Allah ringkankan kaki saya untuk menghadiri majelis ilmu dan Allah berikan saya teman-teman yang senantiasa mengingatkan dalam kebaikan. Semakin banyak kita mengenal orang sholeh, maka semakin banyak pula ilmu yang bisa kita teladani.

Kalau Allah sudah memberikan satu kebaikan di hati kita, jangan sia-siakan begitu saja. Teruslah berlomba-lomba dalam kebaikan, semoga kita semua bukan golongan orang yang merugi. #ayohijrah

#AyoHijrah, #BankMuamalat, #MiladBankMuamalat








Share: