Sunday 25 December 2016

Jika seseorang itu aku


Bagaimana rasanya ketika ada seseorang yang dengan sengaja datang, menempuh perjalanan jauh yang membentang. Bagaimanapun jarak tak pernah berkurang kan walau sesering apapun kita lalu lalang. Waktupun juga tetap sama, berangkat terang sampai bertemu lagi terang. Lalu, apakah itu jadi penghalang? nyatanya seseorang itu tetap dengan senang mengabarkan padamu "aku pulang".

Jauh sebelum kejadian ini berselang. Kamu pernah bertanya padanya kapan ia pulang. "Aku akan di rumah ketika kamu di rumah" begitu dia bilang. Lalu, itu telah sungguh dilakukannya sekarang. Ya, seseorang itu telah dengan sungguh berjuang menyempatkan datang. Datang untuk kamu yang membawa separuh hatinya ke kota seberang. Jika waktu adalah uang dan tindakan adalah bukti kesungguhan seseorang, lalu alasan apa yang kemudian bisa membenarkanmu untuk menghilang? Kalau memang tidak bisa menyempatkan, setidaknya berkirim pesan tentu itu sudah membuatnya tenang. Jika sudah demikian, sejauh apa seseorang itu harus berjuang? 
Semoga kamu belajar dari caraku mencintaimu. Iya kamu, sebab seseorang yang datang itu adalah aku, lalu yang menjadi alasanku dan membawa serta hatiku adalah kamu. 
Dari kotaku dan kotamu, 12 Desember 2016 
Share:

Thursday 15 December 2016

"Cinta Sebelum Pernikahan adalah Ujian"

Image result for ali bin abi thalib dan fatimah az zahra
sumber: dailyislami.com

Pernah membaca kisah Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra?  kita semua, terutama saya, harus banyak-banyak belajar dari kisah tersebut. Bagaimana seharusnya cinta itu terjaga bahkan diibaratkan katanya sampai setan saja tidak tahu. Hingga suatu ketika Allah menyatukan mereka. Kalau membaca kisah seperti itu, rasanya apalah kita yang penuh dosa. Bukannya terjaga, justru semua terumbar di sosial media. Tidak perlu jauh-jauh mencari contoh orang lain, karena mungkin saya dan anda sendiri melakukan itu.

Menginjak usia dewasa, ketika mulai puber, memang akan mulai menunjukkan tanda-tanda ketertarikan dengan lawan jenis. Apakah itu salah? secara ilmiah itu wajar. Tapi sebagai umat beragama, kita kan punya aturan yang mengatur itu. Berat memang untuk menghindarinya, terutama bagi saya yang ilmu agamanya tidak seberapa. Sementara setan terus saja menggoda, hingga akhirnya kita mudah "mewajarkan" sesuatu dengan alasan banyak yang melakukannya. Bahkan sebaliknya, kini status single justru seringkali jadi korban bully

Saya sama sekali bukan ahli agama, bahkan mungkin ilmu saya tidak lebih baik dari anda. Tapi saya sangat bersyukur, Allah menjaga saya. Sungguh lemah sekali iman saya, jika bukan karena Allah yang menjaga, jelas kehidupan saya jauh berbeda. Alhamdulillah, ketika sudah mulai melenceng, Allah seperti menarik saya kembali. Bahkan tidak tanggung-tanggung, ibaratnya bukan yang di tarik mundur teratur. Seketika memang itu sedikit susah dimengerti oleh saya yang ilmunya gak seberapa. Kesedihan, kekecewaan, kekesalan dan semua emosi itu membuat kita lupa bahwa ada Allah sebaik-baiknya sutradara. 

Seperti remaja yang mulai menginjak usia 20 tahunan, pastinya orientasinya sudah jauh ke masa depan. Dengan segala keterbatasan ilmu, kita mulai meraba-raba sosok seperti apa yang kiranya akan menjadi pelabuhan cinta kita. Lagi-lagi saya harus banyak bersyukur pada Allah, ketika Allah selalu menjatuhkan perasaan saya kepada orang yang baik. Meskipun mungkin ya tetap salah tapi semoga tidak salah kaprah. Semenjak Allah mengizinkan saya bertemu dengan seseorang, ini seperti menjadi titik balik bagi saya pribadi. Dengan segala keterbatasan pengetahuan, saya mulai memiliki kriteria pilihan. Tapi saya percaya Allah jelas lebih tau apa yang terbaik untuk saya. Semoga apa yang baik dimataNya juga baik dimata saya. 

Allah sedang menghadirkan perasaan itu sekarang di hati saya. Tapi lagi-lagi harus saya syukuri, Allah masih menjaga saya. Saya masih diberi kekuatan untuk menjaga diri, semoga memang selalu terjaga hingga waktunya tiba. Seperti yang saya tulis dijudul, cinta sebelum pernikahan merupakan ujian berat. Sungguh tiada daya dan upaya melainkan pertolongan Allah. Semoga Allah senantiasa menjaga kita dalam cinta yang agung seperti Ali dan Fatimah. Meskipun tentu kita hanya manusia yang penuh khilaf dan salah. 

Sejauh ini, yang bisa kita lakukan hanya mengembalikan lagi perasaan ini kepada Sang Maha Memiliki. Jangankan sejauh ini, jika bukan Allah yang menjaga mungkin sedetik saja perasaan itu tidak akan pernah ada. Tanpa perlu disiram dan dipupuk, kalau memang berjodoh pasti keyakinan itu semakin tumbuh. Selagi waktu itu belum tiba, mari saling memantaskan diri saja. Saya juga tidak ingin kehadiran saya di kehidupannya justru mendekatkannya pada dosa. Semoga kita selalu terjaga, tidak perlu ada ikatan apapun diantara kita, kecuali yang diridhoiNya. Tidak perlu saling menunggu dan memberi harapan, biarkan Allah yang menumbuhkan atau menghilangkan. Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa diinik. 



Share: