Monday 31 July 2017

ada rasa (self reminder)




Tidak ada yang salah dengan jatuh cinta, jutru itu adalah fitrah dari yang Maha Kuasa. Sama sekali tidak salah apalagi dosa, selama kita bisa menjaga.

Masalahnya, kita sering lupa bahwa ada Sang Pemilik Hati yang Maha membolak-balikkan hati manusia. Kita sibuk mendekati dan mengejar sang pujaan hati, sampai tak sempat meminta pada pemilik sesungguhnya. Sibuk kirim whats app setiap saat tanya sedang apa, dimana dan dengan siapa. Belum lagi kepo sosial media dia tanpa jeda. Boleh saja berusaha, tapi ada aturannya dan harus disertai doa. Kalau Allah gak ridho, lalu usaha itu semua untuk apa? jangan sampai udah capek habis-habisan, gak taunya cuma jaga jodohnya orang saja.

Bukan janji yang membuatnya tidak lari, namun Allah sebaik-sebaiknya penjaga hati. Manusia begitu rapuh, tiada daya dan upaya untuk menjaga apapun atas dirinya. Bahkan untuk hal sederhana seperti mood (suasana hati), habis nangis bisa ketawa, dari murung tau-tau ceria. Apalagi ini urusan rasa, padahal manusia punya rasa lelah, bosan dan kecewa. Belum lagi kita yang jauh dari kata sempurna, ketika dia tau kelemahan dan kekurangan kita, siapa yang menjamin janji itu masih bisa terjaga? 

Berapa lamapun kita sudah mengenal juga belum tentu jaminan untuk tau segalanya. Lalu bagaimana? selalu libatkan Allah dalam segala urusan kita. Allah yang maha membolak-balikkan hati manusia. Kalau memang belum siap menjaga dalam ikatan sesuai syariat agama, ya kembalikan ke Allah dulu saja. 
Adakalanya pas udah tenang malah kembali berbunga-bunga, ya balikin lagi aja. Pokoknya gitu terus sampai waktu yang tepat itu tiba. Biarkan waktu pula yang menjawab, apakah nama itu masih sama atau sudah berbeda.

Kembalikan semua, ikhlas lillahi taala meminta ketetapan terbaik-Nya. Pun jika sudah siap menyempurnakan separuh agama, seyakin dan semantap apapun kita, tetap istikharah dulu aja. Jika memang namanya yang tertulis dalam ketetapan-Nya, insyaAllah akan berkah, mudah dan indah pada setiap fase yang ada. Begitupun sebaliknya, jika ternyata Allah punya rencana yang berbeda, insyaAllah kita lapang dada, terhindar dari rasa kecewa, dan menyambut dengan suka cita. 



Nb: hanya sebatas self reminder.  



Share:

Wednesday 19 July 2017

Gak Kerja di Jakarta Aja?

Saya lahir dan besar di Kediri, sebuah kota kecil di sisi timur pulau Jawa. Hingga kemudian saya hijrah ke Depok untuk melanjutkan kuliah disana. Tidak lama, hanya sekitar 3,5 tahun saja, sebab sehari setelah wisuda saya langsung pulang meninggalkan Jakarta Raya. Inilah yang mungkin kemudian menimbulkan banyak tanya untuk beberapa orang di sekitar saya. Seperti, gak pengen cari kerja di Jakarta? Kok buru-buru pulang kenapa? Gak mau balik lagi ke Jakarta aja? Dan segala macamnya yang serupa.

Ketika ditanya seperti itu, lalu apa jawab saya? tergantung siapa yang bertanya. Kebanyakan cuma saya jawab "gak (titik)", beberapa saya jawab lebih panjang "pengen disini aja", lalu jika itu serius sekali saya biasanya bilang saya gak menemukan apa yang saya cari disana. Sepertinya agak membingungan bagi sebagian besar orang, terlebih bagi mereka yang belum pernah tinggal di Ibu Kota dan (atau) mengidamkan kehidupan metropolitan yang serba ada.

Teman-teman, setiap orang memiliki latar belakang dan perjalanan kehidupan yang berbeda-beda. Sehingga pandangan masing-masing orang tentang kehidupan bisa jadi juga akan berbeda. Kemudian menjadi berbeda pula life goal, prioritas, kebutuhan, dll. Kadang orang lupa bahwa setiap orang berhak memilih jalannya, sehingga menjadi "latah" mengomentari hidup yang orang lain punya.

Jauh sebelum ini idealisme sayapun sama seperti orang kebanyakan. Tapi kemudian saya berubah pikiran, saya memilih meninggalkan Ibu Kota yang nampak begitu menjanjikan. Hidup itu butuh keseimbangan,   terlebih bagi saya yang sangat butuh ketenangan. Mungkin sebagian orang mudah saja berkompromi dengan dalih jika sudah terbiasa juga tidak jadi beban. Saya bisa saja bertahan, tapi untuk apa? Pada akhirnya yang menjadi korban adalah kebahagiaan saya sendiri. Saya gak mau itu terjadi, siapa lagi yang bisa mengupayakan kebahagiaan diri kalau bukan kita sendiri.

"Belum menemukan hal yang saya cari" itu juga luas sekali. Tapi ya biarlah Tuhan dan saya yang tau soal ini, termasuk apa yang saya temukan di Kediri dan jadi prioritas saya disini, tidak perlu saya publikasi terperinci. Siapa tahu akhirnya rejeki saya tetap kembali di Jakarta kan ya saya mau apa? Berarti saat itu saya sudah menemukan apa yang saya cari. Suatu saat saya akan menulis lagi dan semua yang seringkali dipertanyakan perlahan akan terjawab sendiri. Tidak usah menebak-nebak, salah-salah malah suudzon nanti. Hehe. Mari saling mendoakan saja untuk kita semua ya 😊

Share:

Monday 17 July 2017

Rangkaian kata untuk kawan lama

Tulisan ini aku tulis untuk kamu, seorang teman yang jauh disana, sebagai hadiah untuk merayakan pertemuan pertemanan kita.
Bagaimana kabarmu? semoga Allah selalu menjagamu, seperti menjagaku dalam keadaan sebaik-baiknya.

Kamu masih ingat, bagaimana awal "pertemuan kita"? rasanya begitu sederhana, seperti tiba-tiba dan mengalir begitu saja. Jauh sebelum ini mungkin kita pernah berjumpa, bahkan bertatap muka. Hanya saja semua serba sekadarnya, tidak ada sapa bahkan senyum diantara kita. Hingga akhirnya kita "dipertemukan" sebagai kawan lama. Jangankan untuk bercerita, mau mengetik saja rasanya masih ada canggung kita berdua. Tapi tak terasa, kamu sudah mendengarkan banyak ceritaku dan begitupun sebaliknya. Perlahan, aku mengenalmu lewat setiap kata yang ku baca, tidak ada tatap mata, pun ekspresi muka yang penuh makna. Kita hanya bisa memberi makna sendiri pada setiap cerita yang tertulis di sosial media. 

Awal perjalanan kita sepertinya penuh cerita, dari yang awalnya "rahasia" akhirnya mengaku juga :). Jika dan hanya jika, Tuhan mempertemukan kita hanya untuk acara itu, jelas semua sudah selesai sedari lama. Semua selesai begitu saja, saat apa yang dulu ku minta padamu sudah ku terima. Beruntungnya, kita bukan orang yang muncul ketika ada perlunya saja. Jikapun ini masih terlalu cepat untuk menyimpulkan, anggap saja itu sebagai doa. Aku tidak pernah bisa memaksamu untuk bertahan sekuat apapun aku meminta. Pada akhirnya segala cerita kembali pada Yang Maha membolak balikkan hati, Maha sutradara. Namun, jika aku boleh meminta, harapanku persahabatan kita tidak pernah tergadai oleh apapun selamanya. 

Salah satu hal terindah dalam hidup yang selalu ku syukuri adalah dipertemukan dengan orang-orang sepertimu. Seseorang yang bisa bercerita, bercanda, beragurmen bahkan bisa menegurku seketika itu tanpa ragu. Sebab aku menyadari di budaya kita agak susah melakukan itu, tapi aku menemukan itu di kamu. Kalaupun aku belum bisa menjawab beberapa pertanyaanmu, itu bukan karena aku tak mau. Ini hanya soal waktu, sebab tidak semua orang bisa dengan mudah berbagi cerita dengan orang baru. Terlebih untuk orang-orang sepertiku, begitu terbuka dengan pertemanan baru tapi tidak untuk lebih dari itu. Kalau sudah begitu, semua serba pakai rasa bukan lagi soal mau atau tidak mau. Aku ingin menjelaskan itu padamu, hanya saja aku ragu. Mungkin jika nanti kamu punya sedikit waktu, bisa membaca tulisanku sebelum ini yang berjudul "doakan yang terbaik saja dulu". Jauh sebelum kamu beberapa orang pernah menanyakan hal yang sama dan itulah yang selalu menjadi jawabku. :)

Aku tidak bisa menjanjikan apapun pada siapapun, tapi yang jelas aku selalu berusaha melakukan yang terbaik yang ku bisa. Segalanya hanya untuk menjaga agar apa yang sudah ada tidak menjadi sia-sia. Jika suatu hal terjadi, kamu boleh saja memilih berlari kalau memang semua ini tidak ada artinya. Mungkin banyak orang yang kita jumpa, tapi tidak semua benar-benar ada. Beberapa datang dan pergi bergitu saja, sebagian lagi bertahan namun sekadarnya. Tapi diantara mereka akan ada seseorang yang berbeda, dimana menurutnya kamu perlu dijaga. Mencari 1 sahabat lebih susah daripada mencari 1000 musuh, katanya. Kalau begitu, lalu alasan apa yang bisa membuat kita memilih untuk tidak menjaganya juga?

Mari mempertahankan apa yang perlu dipertahankan dan melupakan yang perlu dilupakan. Kalau ada masalah mari kita selesaikan bersama, tapi semoga kita selalu baik-baik saja :). Aku gak kemana-mana, masih disini menjadi orang yang selalu antusias mendengarkanmu bercerita selayaknya teman lama yang bertahun-tahun tak jumpa.



Share: