Saturday 20 April 2019

Berani Investasi dengan Yang Maha Memberi




Assalamualaikum, apa kabar teman-teman? semoga kita semua senantiasa terjaga dalam kebaikan dan keberkahan.

Saya yakin setiap dari kita adalah orang baik, hati nurani kita selalu mengajak untuk peduli dan berbagi dengan sesama. Namun apa yang terjadi ketika dihadapkan dengan realita uang di dompet tinggal selembar saja, tanggal gajian masih lama atau mungkin terbentur cicilan yang terasa tiada habisnya. Saya dan mungkin juga kamu akan dilema, lalu akhirnya mengurungkan niat kita yang mulia.

Belakangan saya sadar bahwa pemikiran itu salah. Sedekah tidak akan membuat hidup kita jadi susah, tapi justru itulah pengetuk pintu langit dari semua masalah. Banyak sekali kisah tentang keajaiban sedekah, mulai dari kisah Abdurahman bin Auf (sahabat Nabi) hingga testimoni nyata dari para ahlul sedekah. Memang terkadang kisahnya sulit dipercaya, tapi itulah bukti kebesaran Allah. Teruslah belajar dari kisah-kisah itu, sampai akhirnya Allah berikan hidayah dan menjadikan kita ahlul sedekah.


Saya ingin mengajak teman-teman mengingat kembali kisah Kakek Sanusi, beliau adalah kakek penjual pisang yang viral karena kebaikan hatinya berani berbagi kepada saudara kita yang lebih membutuhkan. Kakek Sanusi datang dengan gerobak dorongan, bukan dengan mobil khas orang gedongan. Jangankan mikir investasi, untuk makan esok hari saja beliau harus kerja keras lagi. Tapi nyatanya kakek Sanusi tidak takut berbagi. Tidak ada kebaikan yang sia-sia, Allah berikan balasan istimewa dengan mengundang beliau ke Baitullah lewat PPPA Daarul Quran


Lalu, bagaimana dengan kita? mungkin kita kelewat penakut, jadi takut berbagi karena khawatir ada kebutuhan mendadak esok hari. Belakangan saya mulai belajar menepis pikiran semacam ini. Bukan karena uang saya sudah berlebihan hari ini, tapi saya percaya hidup dijamin Allah yang Maha Memberi. Bagaimana mungkin kita takut kekurangan, jika Allah berjanji untuk selalu mencukupkan.

Dulu zaman Rasulullah ada kisah seorang budak wanita yang didatangi oleh seorang fakir. Dia tidak memiliki apapun, selain separuh kurma yang akhirnya diberikan kepada fakir tersebut. Tapi alangkah indahnya ketika balasan dari separuh kurma itu adalah surga. Tidak perlu malu dengan sedekah kita yang terasa belum seberapa. Jika memang hanya itu yang kita punya, tentu nilainya sangat berharga di mata Allah ta'ala.

“Wahai Rasulullah, sedekah yang mana yang lebih besar pahalanya?” Beliau menjawab, Engkau bersedekah pada saat kamu masih sehat, saat kamu takut menjadi fakir, dan saat kamu berangan-angan menjadi kaya. Dan janganlah engkau menunda-nunda sedekah itu, hingga apabila nyawamu telah sampai di tenggorokan, kamu baru berkata, “Untuk si fulan sekian dan untuk fulan sekian, dan harta itu sudah menjadi hak si fulan.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 1419 dan Muslim no. 1032). 

Sayapun punya pengalaman pribadi, bagaimana Allah begitu dekat dan janji Allah itu pasti. Dengan status masih mencari kerja, tentu saja keuangan saya masih dari orang tua. Tapi dengan umur sudah dua puluh tiga, ada perasaan malu untuk terus meminta. Ramadhan 2018, saya berniat untuk ikut program ramadhan di sebuah pondok pesantren. Singkat cerita kegiatan tersebut berbayar dan tidak sedikit, untuk saya yang belum bekerja. Kala itu waktu pendaftaran masih 2 minggu, Bismillah saya mau ikhtiar lewat jalur langit. Jangankan 2 minggu, berdoa sekali aja kalau Allah menghendaki juga dikabulkan. Tuhan kita Maha Mendengar :)

Selama 2 minggu, ikhtiar mengetuk pintu langit terus berjalan, melalui doa, dhuha, waqiah, sedekah dll. Sebelumnya saya pernah mendengar kisah ahlul sedekah, beliau selalu memberi orang yang datang minta sedekah padanya. Saya coba amalkan itu, ketika ada teman yang sedang mengajak donasi untuk acara sosial keagamaan langsung saya iyakan. Maha Besar Allah, tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan juga. Alhamdulillah, rezeki datang silih berganti. Tapi karena uangnya belum cukup untuk daftar santri, jadi saya pilih nol kan lagi (donasikan dan bagikan lagi). Kalau kita bisa yakin deposito di bank tidak akan rugi, kenapa kita takut investasi dengan yang Maha Memberi?

Seminggu berjalan uangnya belum tercukupi, h-2 dan sampai akhirnya hari terakhir tidak cukup juga. Saya bawa lagi posternya ke atas sajadah, tangis saya tumpah ruah. Saya merasa ini niat baik tapi kenapa Allah gak permudah? 

Ternyata saya salah, rencana Allah memang selalu lebih indah. Allah memang tak memberi apa yang saya inginkan, tapi Allah memberi yang saya butuhkan. Jadi dengan kondisi air mata belum selesai sepenuhnya, saya ambil hp dan buka instagram. Postingan pertama yang muncul diberanda adalah postingan Ustadz Yusuf Mansur tentang informasi pendaftaran santri ramadhan Ar Raudhah, Pimpinan Habib Novel Alaydrus Solo. Saya cari info sebentar tentang Habib Novel, lalu seketika itu pula saya langsung minta izin orang tua untuk bisa nyantri kesana. Alhamdulillah, sampai sekarang saya menjadi santri Habib Novel meskipun tidak tinggal di Solo sepenuhnya. 

Dari pengalaman itu saya mendapat pelajaran luar biasa. Kalau Allah tidak berikan apa yang kita minta, bersiaplah untuk menerima yang lebih istimewa. Tidak ada istilah doa, dhuha, sedekah, dan semua amal kebaikan yang sia-sia. Percayalah, semua dibalas dengan cara terbaikNya. 

Ketika kita merasa permintaan "tidak" kunjug terkabul, coba renungkan kembali mungkin Allah sudah kabulkan dengan bentuk yang lain. Rezeki bukan hanya materi, tapi juga kesehatan, kenikmatan beribadah, iman, ketenangan batin, keluarga yang harmonis, dll. 

Mungkin 700 kali balasan sedekah yang kita nanti-nanti tak kunjung terpenuhi, tapi Allah anugerahkan kesehatan dan keimanan yang jauh tak ternilai. Boleh jadi sedekahmu tidak terbalas 10 kali, tapi boleh jadi Allah ganti itu dengan menyelamatkan kita dari musibah yang membahayakan diri. Setiap kebaikan yang kita lakukan adalah sebuah investasi, yang bisa menyelamatkan kita dari kejadian yang tidak kita inginkan di masa depan.

Jangan ragu untuk berbagi, yuk mulai investasi dengan Allah sejak dini. Apalagi sekarang zaman teknologi, banyak wadah untuk kita berbagi. Misalnya, melalui situs crowd funding, donasi perorangan atau lewat lembaga seperti dompet dhuafa melalui link donasi.dompetdhuafa.org


“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jangan Takut Berbagi yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”

Share:

Monday 15 April 2019

My Braces Story (Pasang behel di Kediri)



Halo, teman-temanku :)
Jadi bulan Februari kemarin saya pasang behel, mungkin banyak dari temen-temen juga yang sebenarnya pengen pakai behel. Terbukti dengan banyaknya orang yang nanya ke saya masalah behel ketika saya mengunggah foto. Biar lebih mudah dan to the point, tulisan ini saya bikin dalam bentuk QnA yang emang biasanya banyak ditanyakan temen-temen. Selamat membaca :)

1. Kenapa pakai behel?

Tujuan pakai behel emang macam-macam, bisa untuk perawatan atau sekadar fashion. Kalau saya emang buat perawatan, jadi sebenarnya udah sejak kuliah saya pengen pakai behel karena merasa gigi kurang rapi. Makin kesini rasanya gigi semakin menjadi-jadi, akhirnya saya coba cari info tempat pasang behel di Kediri. Awalnya gigi saya itu berjubel dan belok kanan kiri sesuka hati, udah kayak angkot di Jakarta. haha.


2. Dimana pasang behelnya?

Saya pasang behel di drg. Niken W. Wulandari, praktiknya di Jalan Slamet Riyadi No. 29 Banjaran, Kota Kediri. Lokasi tepatnya di depan SMK Pawiyatan Daha Kediri. Kalau dari barat, perempatan BCA Joyoboyo ke timur. Sedangkan dari timur, pertigaan/perempatan indomaret selatan MAN 2 Kediri ke barat kurang lebih 500m. Lokasinya ada di kanan jalan, tepat di perempatan pertama. Temen-temen bisa juga lewat gang sampingnya toko tas Elizabeth ke Selatan, lalu perempatan pertama belok kanan sedikit (2 rumah).


3. Kenapa memutuskan pasang behel di drg. Niken?

Awalnya saya kesulitan juga cari info tempat pasang behel di Kediri. Datanglah saya ke salah satu rumah sakit swasta di Kediri, karena di sana ada dokter spesialis orthodontist. Tapi karena satu dan lain hal, saya cari alternatif lain dulu. Alhamdulillah saya ketemu blognya mbak Lilin yang berbagi pengalaman pasang behel di drg Niken, silakan baca di sini. Dari reviewnya sih bagus dan pas datang ke sana emang pasien orthodonti dokter Niken lumayan banyak banget.


4. Berapa sih biaya pasang dan perawatan behel?

Pas saya pasang behel tanggal 20 Februari 2019, biayanya untuk atas bawah Rp 4,5 juta. Itu diluar tindakan ekstra, seperti cabut, tembel, rongten, dll. Biaya kontrol kalau gak ada tindakan lain RP 100 ribu, cabut dan tembel sepertinya Rp 80 ribu. Kalau dibandingkan dengan dokter lain, biaya pasang behel termasuk murah.


5. Sakit gak sih pasang behel?

Oh ya jangan ditanya, bayangkan dong saya pasang behel sekaligus cabut 1 gigi. 3 hari kemudian cabut 1 gigi lagi dan seminggu kemudian cabut 1 gigi lagi. Jadi total gigi saya sudah cabut 3, dari total 4 yang harus dicabut. Ini gak paten, tergantung kondisi gigi kita. Ngilu gak pas awal-awal? pasti. Rasanya ngilu dan gigi kehilangan daya gigitnya, tapi kira-kira seminggu saya udah mulai bisa makan nasi dan mie.


6. Warna karet apa ya yang bagus?

Saya pertama kali pakai warna biru muda, ya bagus tapi karena mencolok jadi kayak itu bisa mengalihkan dunia lawan bicaramu wkwk. Kemudian saya ganti soft pink, ini juga bagus tapi warnanya terlalu cantik untuk gigiku yang tak sempurna. Kalau siang kelihatan bagus banget, tapi kalau malem jadi bikin gigi kelihatan lebih kuning. Akhirnya sekarang saya ganti silver, it's awesome. Jadi saya rekomendasikan silver aja, terutama untuk yang baru pasang.



7. Pernah lepas gak kak?

Pernah, itu hal yang wajar kok. Bahkan banyak cerita yang bracketnya sampai tertelan, Alhamdulillah saya gak. Saya yang suka lepas itu paling ujung, yang di geraham. Kalau masih nyangkut ya saya biarin, sampai dia bener-bener lepas. Saya suka simpen sih kalau lepas gitu, tapi sejauh ini gak pernah ditanyain dan selalu di pasang yang baru sama dokternya.


8. Gimana sejauh ini perkembangannya?

Alhamdulillah lumayan memuaskan, lihat perbandingannya di foto berikut ya :)







Share: