Sunday, 14 February 2016

Belajarlah dari kopi, meskipun pahit tapi memberi kenikmatan

Terkadang masa lalu kelewat menyakitkan, sehingga kita ingin cepat melupakan. Sibuk mencari pelampiasan untuk mengalihkan perhatian. Tapi sayangnya, sebagain lupa mengambil hikmah dari suatu pembelajaran. Sebaliknya, justru kebencian yang mungkin menjelma menjadi penguasa pikiran. Sesungguhnya kita akan rugi, jika esok hari tidak lebih baik dari kemarin. Itulah mengapa kita perlu berinstropeksi sehingga bisa belajar dari kehidupan.
Melalui tulisan ini saya ingin berbicara dengan seseorang, terlepas dari dia membaca atau tidak, yang jelas tidak ada maksud apa-apa selain atas dasar kepedulian. Aku telah melewatkan banyak hal darimu, lama kita tidak saling berbagi beban pikiran. Semuanya berjalan sangat cepat, hingga ada satu masa dimana aku tersentak sebab kamu telah sangat jauh mengambil keputusan. Tidak salah, sama sekali tidak. Justru itu keputusan yang sangat bagus untuk kehidupanmu dimasa depan. Memang sudah sepantasnya itu kamu lakukan, bukannya banyak mikir seolah-olah waktu tidak berjalan.
Kemarilah, kita duduk bersama, saling bercerita beriring lagu sendu yang mengalun. Teman, bagaimana kabarmu? Apakah masih terjebak dalam kenangan masa lalu atau kamu justru sedang terpenjara angan?     Ya memang susah menyangkut perasaan, akupun kadang tak bisa mengendalikan. Jikapun memaksa mengendalikan, pasti ada perasaan atau pikiran yang terkorbankan.
Aku tak menyalahkan atas keputusan yang kamu ambil, bagiku itu kebebasan pilihan. Namun kawan, sepertinya kamu terburu-buru hingga kenyataan tak sesuai harapan. Ingin aku mengajakmu untuk sejenak menyeduh kopi, demi sebuah ketenangan. Begitupun kopi akan mengajarkanmu bahwa ada kenikmatan dari setiap pahitnya seduhan. Kamu seharusnya belajar dari kenikmatan kopi, tentang bagaimana pahitnya kehidupan bisa menjadi kenikmatan. Semoga kamu segera belajar sehingga bisa merasakan esensi nikmatnya kehidupan. Belajarlah dari kegagalan, supaya kamu jadi tahu jalan menuju keberhasilan.
Ku pikir kamu sudah cukup dewasa untuk memaknai sebuah kegagalan. Sehingga kamu punya cukup bekal perjalanan yang membawamu menuju kebahagiaan. Tapi sepertinya aku salah, karema kamu tidak benar-benar belajar dari kesalahan. Pada akhirnya, kamu hanya merasakan pahit tanpa kenikmatan. Apalagi ini bukan sekedar minum kopi yang pahitnya hanya dirasakan sang tuan. Namun ini menyangkut perasaan, yang kemudian harus dikorbankan karena kamu tidak belajar dari sakitnya pengabaian. Semoga kamu segera mengerti makna sebuah pembelajaran.
Gd luck. :)
Share:

Thursday, 11 February 2016

She talks about him

Sekian lama aku tidak menulis, lebih tepatnya tidak mempublish. Sebab aku tetap menulis tapi hanya berakhir pada jejeran draft yang berbaris. Kadang lebih mudah bagiku untuk mengungkapkan semuanya lewat tulisan, bukan dengan lisan. Aku terlalu lemah untuk beradu tatapan, akupun terlalu rapuh untuk menerima sebuah gertakan. Aku suka ketenangan, hidup berdamai dengan siapapun meskipun kadang harus korban perasaan. Itulah mengapa bagiku menulis jauh lebih aman daripada berbicara lisan.

Ada sesuatu yang ingin aku tulis malam ini, entah menarik atau tidak tapi yang jelas ini sedikit mengusik nurani. Tentang isi hati seorang wanita yang bahkan aku tak mengenalnya. Lalu kenapa aku menulisnya? Tadi tiba-tiba  jemariku mengarah ke halaman pribadinya, sepertinya dia tipe orang yang sama denganku, yaitu lebih mudah mengungkapkan sesuatu dengan tulisan. Tidak banyak yang ku baca dari sana, hanya berapa posting tentang kegundahan hatinya. Dari rangkaian kata tersebut, aku membaca suatu diksi atau mungkin lebih tepatnya kata ganti yang membuatku berspekulasi. Tentang seorang lelaki yang sepertinya ku ketahui. Dari setiap kalimatnya, aku seperti mengerti betapa sedang risaunya dia. Sekali lagi aku tidak kenal, bahkan aku hanya mengenalnya lewat tulisan. Tapi ada hal lain yang membuatku bersimpati, yaitu kegundahan hati. Nuraniku sebagai sesama wanita sedikit terusik, ketika mengetahui ada wanita yang sedang risaunya memikirkan lelaki yang dulu sempat dipuja-puji.
Sebelum kau merasakan semua ini, sepertinya aku lebih dulu pernah memperjuangakan apa yang kini kamu perjuangkan. Lelaki itu? Bukan, tapi kebahagiaan. Aku tak bisa berkata banyak untukmu, bagaimanapun nampaknya kondisimu jauh lebih susah dariku.

Mungkin terlalu cepat bagiku untuk menyimpulkan, akupun tidak berhak menghamiki atas apa yang terjadi pada kalian. Namun yang jelas aku kecewa, ya kecewa dengan lelaki yang kini sedang menjadi beban hatimu kawan. Ternyata dia tidak belajar dari apa yang pernah terjadi, hingga lagi-lagi harus ada hati yang tersakiti. Bangkitlah, kumpulkan kembali kepingan hati yang terlanjur tersakiti. Aku percaya kualitasmu, majulah Tuhan bersamamu. 😊

Share: