Sebagai orang yang percaya dengan Tuhan dan segala takdir yang dibuatnya, saya selalu berusaha dengan positif menerka-nerka apa yang sebenarnya Tuhan rencanakan untuk saya. Jangankan kita (khususnya saya) yang hanya manusia biasa yang kerjaannya gosip sana sini, bahkan sekelas Nabi saja diuji. Saya percaya setiap orang pada hakikatnya selalu berjuang, dengan tujuan dan caranya masing-masing. Jadi jika kehidupan orang lain nampak lebih mudah, sepertinya kita harus introspeksi, jangan-jangan kitanya aja yang terlalu banyak berkeluh kesah.
Perspektif kita dalam menyikapi sesuatu itu sangat penting, karena akan mempengaruhi psikologis kita. Teruslah berpikir positif, karena pada akhirnya prasangka kita adalah doa. Usaha tidak pernah ingkar pada hasil, pun doa tidak pernah sia-sia karena sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan begitu dekat, bahkan lebih dekat dari urat nadi. Teruslah berprasangka baik, sekalipun segalanya serasa tak kunjung membaik. Mana tau sakit itu adalah penggugur dosa, mana tahu keterpurukan itu justru jalan menuju kenaikan, mana tahu kepergiannya justru membawamu ke cinta yang sejati.
Sebagai manusia yang punya hati dan perasaan, pernah ada seorang lelaki yang jika bersamanya saya serasa tak punya beban. Dia selalu siap mendengarkan apapun yang saya keluhkan, beberapa kata darinya selalu menenangkan. Caranya memperlakukan saya seperti selalu menawarkan kenyamanan. Terlabih saya dan dia sama-sama tipe orang yang terbuka, dia adalah salah satu orang yang paling saya percaya untuk menceritakan segalanya. Meskipun kadang pikiran kami tidak sejalan, tetapi bagaimana caranya menjelaskan selalu bisa membuat saya mengiyakan. Tetapi kemudian karena satu dan lain hal kita memilih untuk tidak lagi saling memperjuangkan. Jika pada akhirnya yang terjadi tetap perpisahan, setidaknya kita sudah pernah berupaya mempertahankan.
Bagaimana yang saya rasakan saat itu? tidak ada orang yang baik-baik saja jika kehilangan orang yang dicintainya. Ya, saya benar-benar tidak baik-baik saja, butuh waktu cukup lama untuk saya bisa menata ulang semuanya. Saya selalu pecaya Tuhan tidak pernah salah menuliskan takdir hambanya. Jika saat ini saya masih bertanya-tanya, mungkin Tuhan baru menjalankan sebagian saja sehingga sulit untuk memahaminya. Pun ketika harus kehilangan orang yang kita rasa dengannya bisa membangun masa depan. Saya berpikir mungkin Tuhan merasa sudah cukup untuk saya belajar, karena jujur ketika bersamanya saya belajar banyak hal tentang kehidupan yang belum saya jalankan. Jadi saya sedikit banyak mengerti jatuh bangunnya menjalani kehidupan, tanpa saya harus mengalaminya sendiri. Saya yakin tidak semua gadis seusia saya punya kesempatakan seperti ini, semua saya terima dan syukuri. Doa saya masih sama, semoga saya dan dia selalu diberi yang terbaik untuk kita masing-masing.
0 comments:
Post a Comment