Wednesday, 11 April 2018

Gontor dan pemimpin peradaban umat


Image source: A fourth year student of Unida
Teduh rasanya melihat foto ini, Unida (universitas Darussalam Gontor) yang berpadu dengan temaram jingga cahaya senja. Melihat foto ini bak semilir angin segar, tenang dan damai, mungkin begitu ibaratnya. Di tengah problema dunia yang serasa tiada hentinya, saya melihat seolah Gontor berdiri dengan gagah beraninya. Ditengah carut marutnya dunia dengan berbagai problematikanya, rasanya optimisme  saya kembali memenuhi rongga dada. Terlebih ketika misi "seribu Gontor untuk Indonesia" semakin menggaung dan mendunia.


Meskipun saya bukan Gontorian, tapi saya bisa merasakan spirit dan optimisme Tri murti, Kyai, Ustadz-Ustadzah, alumni dan seluruh santri Gontor. Dari mulai awal berdiri hingga kini, Gontor tetap teguh dengan nilai dan sistemnya sendiri. Tidak peduli siapa Presidennya, siapa Menteri Pendidikannya, pendidikan di Gontor tidak pernah ganti. Kedisiplinan harga mati yang harus dijunjung tinggi, tidak ada toleransi. Semua dituntut cepat beradaptasi, tidak ada langkah kecuali berlari. Bagi mereka yang tidak bersegera, akhirnya akan gugur sendiri.


Gontor, pesantren berdasi yang bertolak belakang dengan stigma pesantren yang identik dengan sarung dan peci. Nilai kepondok modernan Gontor tidak hanya mendidik santri untuk berwawasam islami, namun juga berakhlak dan berintelektual tinggi. Tidak ada ketergantungan di Gontor, semua berdiri diatas kakinya sendiri. Siap dipimpin dan memimpin, itu yang tertanam dalam diri santri. Saya senang sekali dengan karakter didikan Gontor dan menurut saya generasi dengan karakter seperti itulah yang siap bertahan di tengah gempuran hedonisme dan westernisasi. Gontor mengajarkan santri untuk selalu berjuang, hidup tidak takut mati. Ada darah perjuangan yang kental dalam diri mereka, sehingga telah terbentuk pula jiwa kepemimpinan sejati. Cekatan, punya inisiatif, berani ambil resiko, tangguh, tegas tapi mengayomi, punya semangat tinggi. Begitupun santri putri, jika biasanya identik dengan kalem dan lemah lembut, rasanya gontor sedikit berbeda dalam hal ini. Tapi itulah santri Gontor putri, ditempa dan dibesarkan untuk menjadi kader-kader pendamping pemimpin peradaban umat. Pemimpin itu juga jangan diartikan hanya jabatan struktural saja. 

Orang besar menurut Gontor itu adalah orang yang mau mengajarkan ilmunya dengan penuh keiklasan meski dia berada di tempat yang terpencil dan di balik gunung sekalipun!" -- KH Imam Zarkasyi


Dalam lubuk hati saya, ada harapan besar untuk menjadi bagian dari Pondok Modern Darussalam Gontor. Dengan seizin Allah, perlahan cita-cita itu mulai menemui jalannya menjadi realita. Allah dekatkan saya dengan Gontor, melalui orang-orang terdekat saya. 7 tahun silam saya bercita-cita untuk masuk Gontor dan sekarang Allah wujudkan itu melalui adik saya. Saya juga mohon kepada Allah, Semoga Allah menjadikan anak keturunan saya dan kita semua sebagai generasi islami dengan intelektual tinggi, yang siap menjadi pemimpin untuk mengawal peradaban umat. InsyaAllah, Aamiin Allahumma Aamiin.

Rabbana hablana min azwajina wa dzurriyyatina qurrata a'yun waj'alna lil muttaqina imama

Share:

0 comments:

Post a Comment