Saturday, 12 August 2017

(di)JODOH(kan) - part 1



2017, Alhamdulillah Allah masih kasih saya umur sampai tahun ini. Banyak hal yang kemudian sangat saya syukuri, terlalu banyak momen penting yang terjadi di tahun ini. Merasakan hal-hal baru, hidup bukan lagi sebatas rutinitas. 2017 yang diawali dengan wisuda, kemudian resmi menjadi job seeker, membangun kehidupan di kampung halaman, hingga mulai memikirkan pernikahan.

Usia saya saat ini 22 tahun, dibilang muda ya muda dibilang tua ya tua, tergantung dari perspektif dan konteks apa. Ditanya "kapan nikah?" ya pasti pernah, walaupun belum membuat saya sampai depresi. hehe. Pertanyaan kapan, kapan, kapan, kapan, kalau dibikin pusing ya pusing, makanya saya gak terlalu ambil pusing. Ketika ditanya "kapan nikah?" saya jawab "nggeh ajenge" (Iya segera), orang tanya juga sekedar tanya, mereka gak butuh jawaban yang gimana-gimana. Udah begitu aja, anggap sebagai doa. hehe.

Beberapa hari yang lalu, ada kerabat yang berbaik hati ingin menjodohkan saya dengan anak temannya. Alhamdulillah, masih ada orang yang berbaik hati mau repot-repot menjodohkan kita. Kata beliau calonnya ini insyaAllah bagus, sayang aja kalau dikasih ke orang lain. Saya langsung peluk beliau, gak ngerti mau ngomong apa. Bingung, bener-bener bingung mau jawab apa. Saya cuma bisa senyum, sambil mendengarkan Beliau mendeskripsikan lelaki yang sama sekali tidak saya kenal.

Lelaki tersebut insyaAllah sholeh, tidak pacaran bahkan untuk urusan memilih pasangan diserahkan ke Mamanya. Sudah bekerja di suatu instansi yang berkantor di Jakarta. InsyaAllah siap menikah tahun ini, tapi kalau misal harus menunggu tahun juga bersedia. Asli Jawa, besar di Padang dan sekarang domisili di Jakarta. Alumni UI, sama dengan saya. Saudaranya ada yang sedang ambil pascasarjana di UI dan ada yang sedang nyantri di Jombang. Mamanya teman lama kerabat saya, sehingga untuk asal usul keluarganya mungkin kerabat saya sudah sedikit banyak tau. Lalu saya jawab apa, ya atau tidak?

Kita tidak pernah tahu Allah mendatangkan jodoh itu lewat apa, siapa dan bagaimana caranya. Bisa jadi ini jodoh saya, bisa jadi juga bukan. Beberapa waktu lalu di sebuah postingan blog ini, saya sempat bilang "Allah dulu, Allah lagi, Allah terus, seyakin apapun kita pada sebuah pilihan tetap istikharahin dulu". Ya alhamdulillah, saya belajar mengamalkan apa yang saya tulis sendiri. Bukan jawaban ya atau tidak yang spontan keluar dari mulut saya. Jadi kemarin saya gak jawab, biar Allah yang jawab. Hehe. Saya bilang ke Beliau, saya istikharah dulu ya. Beliau mengiyakan dan memberi saya waktu beberapa hari, jika saya setuju lanjut maka kemungkinan foto dan kontak saya akan diberikan. Saya pesan ke kerabat saya untuk jangan kasih dan bilang apa-apa dulu, selagi saya belum bilang setuju.



Kenapa harus istikharah dulu? gampangnya saya gak mau sok tau, jelas-jelas ada yang Maha Mengetahui jadi saya serahkan saja padaNya. Sekarang saya gak kenal sama sekali, hanya tau dari cerita kerabat saya. Tapi kan sangat tidak bijaka kalau saya menilai seseorang hanya dari pendapat orang. Sekalipun saya kenal nih misalnya, apa yang saya tahu, jangankan batinnya, luarnya saja belum tentu saya tahu sepenuhnya. Selain itu, masa depan siapa yang tahu, bisa jadi dia baik saat ini tapi belum tentu baik untuk masa depan. Sedangkan Allah Maha Mengetahui segala-galanya.

---------------------------------------------------------------------->>Lanjut ke part 2 di postingan berikutya




Share:

0 comments:

Post a Comment