Sepertinya ada yang salah dengan diri saya, sampai saya gagal memahami kampus saya sendiri. Waktu satu setengah tahun entah habis untuk apa, tapi yang jelas saya merasa kerdil ketika belum satu prestasipun berhasil saya raih. Saya selalu berasalan fokus kuliah , ah tapi nyatanya IPnya juga tidak sempurna. Hari ini pikiran saya benar-benar terbuka dan dengan serendah-rendahnya hati introspeksi diri. Saya sedih sekali melewatkan satu kesempatan berarti, ketika teman saya ada di barisan 36 pengajar terpilih yang telah siap beraksi tapi saya hanya duduk menyaksikan pelantikan mereka. Ya, hari ini saya menghadiri seminar dan pelantikan 36 gerakan UI mengajar batch 4 yang nantinya mereka akan berbagi ilmu dengan adik-adik di Sukabumi selama 3 minggu.
Awalnya saya benar-benar biasa saja dengan gerakan ini, karena saya pikir banyak hal serupa namun cara dan namanya saja berbeda. Sampai pada hari ini saya belajar dari para pejuang pendidikan bagaimana kondisi bangsa kita, kita tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah, cari potensi kita dan lakukan sesuai kemampuan kita sekarang. Disinilah saya merasa malu dengan Tuhan, dulu saya dengan angkuhnya menolak menempuh pendidikan yang mungkin nanti akan jadi pengajar, padahal saya dilahirkan ditengah-tengah keluarga yang sebagian besar hidupnya akan dihabiskan untuk mengajar. Tapi bukan berarti ada penyelasan, saya sepakat sekali dengan pernyataan Kak Tidar dari SabangMerauke yang mengatakan, :"Apapun profesi kita sebenarnya kita tetap berkontribusi, sesuai dengan kapasitas kita". Disitulah saya seperti menemukan pembelaan, terlebih lagi Kak Tidar juga dari komunikasi FISIP UI . Akhirnya saya berpikir bahwa dengan memilih komunikasi bukan berarti saya benar-benar tak bisa berkontribusi untuk pendidikan di negeri ini, pasti ada cara selama kita mau berusaha.
Banyak ilmu yang saya dapat dan banyak inspirasi yang coba saya gali. Sesi seminar di isi oleh kak Tidar dari SabangMerauke dan perwakilan dari 1000 guru. Overview saja, sabangmerauke merupakan pertukaran pelajar di Indonesia yang menjunjung nilai toleransi, sehingga nantinya anak-anak terpilih dari seluruh Indonesia akan dibawa ke Jakarta untuk belajar tentang Agama, pendidikan, art , dll yang intinya ingin membuka pikiran mereka atas semua perbedaan di Indonesia. Kemudian, 1000 Guru merupakan gerakan yang digagas oleh para traveler yang juga ingin memberi manfaat untuk pendidikan anak-anak di tempat yang mereka kunjungi. Seharusnya hari ini ada Bapak menteri Anies Baswedan namun karena kesibukan yang lain beliau tidak bisa hadir.
Hati saya semakin bergejolak ketika melihat 36 pengajar terpilih satu persatu maju kedepan. Ada orang tua yang duduk menyaksikan prosesi itu, betapa bangganya mereka penyaksikan putra putrinya dilantik menjadi pejuang-pejuang pendidikan. Saya cukup kaget ketika ternyata ada beberapa orang yang saya kenal diantara 36 orang tersebut, satu sisi saya bangga ternyata kepedulian anak-anak FISIP yang menyandang status mahasiswa ilmu sosial lumayan tinggi. Tapi sebenarnya kedatangan saya bukan secara tiba-tiba, saya datang untuk menyaksikan pelantikan seseorang yang berjuang sampai mengalahkan ratusan orang meskipun diapun ragu atas kemampuannya sendiri.
ARIS , IMA , MELATI |
Perkenalkan, seorang teman yang mulai memperlihatkan jatidirinya, namanya Aris Muzaqi mahasiswa tingkat 2 teknik Industri FT UI. Cukup panjang jika saya ceritakan tentangnya selama satu setengah tahun mengenal dia. Tapi yang pasti dia orangnya sangat ramah mau bersahabat dengan semua orang, pinter tapi selalu menutupinya, baik, suka menolong walau kadang beberapa kali dia pengen saya makan. Haha. Kadang saya belajar dari sifatnya, saya tahu dia dulu SMA cukup prestatif tapi yang diceritakannya justru melulu tentang dia yang tidak bisa di mata pelajaran tertentu. Selain itu berbeda dengan saya yang sangat labil dan ngeluh gak karuan, dia jarang sekali mengeluh kalaupun mengeluh mungkin kondisinya benar-benar parah, seperti saat dia harus tidak tidur semalaman untuk mengerjakan tugas sampai matanya sayu. Di tengah beratnya kuliah di teknik, dia masih sempat mengajar di rumbel, ikut kepanitian lain bahkan sekarang menjadi bagian dari Gerakan UI mengajar. Saya harus mengakui, mungkin soal nilai hitam diatas putih saya lebih unggul tapi rasanya itu tidak ada artinya karena sebagai anak sosial nilai itu bukan soal kepandaian kamu menggunakan rumus, bukan juga kemahiran kamu menggambar dengan hitungan yang sangat detail, bukan juga tentang bagaimana kamu bisa merangkai pengetahuan menjadi satu paragraf yang rasional tapi ini soal implementasi ilmu kita.
Tadi saat acara berlangsung ada sesi penyerahan bunga dari pengajar terpilih yang mungkin seharusnya untuk orang tua. Tapi sayang sekali ya, jarak tak memungkinkan orang tuanya menyaksikan prosesi ini. Terimakasih Aris sudah memberikan bunga itu ke saya, meskipun aku bukan siapa-siapa tapi jujur bangga sekali dengan kamu yang terlihat sangat hebat diantara 36 orang-orang hebat itu. Saya percaya ketulusan, kerendahan hati , dan ilmu yang kamu miliki bisa menjadikan kamu sebak-baiknya orang yaitu orang yang bermanfaat untuk orang lain. Selamat berjuang, semoga perjuangan kalian semua membawa kemajuan untuk bangsa.
0 comments:
Post a Comment