Saya mau menulis cerita tentang perjalanan pulang saya kemarin. Jika kamu memperhatikan, saya biasa menyebut orang yang saya temui fi kereta dengan kata ganti stranger on the train. Sekedar berbagi, istilah itu saya dapat dari teori komunikasi yang bernama teori penetrasi sosial. Teori ini mempelajari tentang tahap perkembangan hubungan interpersonal dari superfisial (permukaan) menjadi intim. Makna kata intim merujuk pada bahasa verbal (kata-kata) dan nonverbal (gestur, ekspresi, dll) yang kita gunakan. Teori ini pernah dipraktekkan untuk meneliti bagaimana orang bisa berbagai informasi pribadi di ruang publik dengan orang asing di kereta (stranger on the train).
Kembali ke topik awal, cerita saya pulang kemarin ya. :)
Saya pulang naik kereta api brantas tujuan pasar senen-kediri. Saya duduk di kursi 7A gerbong 4. Sebenarnya saya berempat tapi karena beli tiketnya gak bareng jadi saya harus terpisah dengan 3 orang teman saya yang lain. 13 jam dikereta duduk bareng orang-orang asing mungkin sedikit mengerikan, tapi kondisi telah membuat saya terbiasa dengan hal itu. Begitu kereta datang saya langsung naik ke gerbong dan cari tempat duduk. Ternyata saya salah pintu, harusnya kalau nomor kecil saya masuk dari pintu belakang tapi saya masuk dari pintu depan. Alahasil, cukup desak-desakan juga melawan arah orang dari pintu sebaliknya. Tapi, saya sudah mengantisipasi dengan bawa barang seminim mungkin. Jadi ketika desak-desakan saya cukup membuka jalan untuk diri saya, ketika sudah dekat dengan kursi yang di cari segera taruh tas. Sekedar informasi lagi, jika kamu naik kereta ekonomi jarak jauh sebaiknya jangan terlalu membawa banyak barang apalagi jika kamu masih awam. Penumpang kereta ekonomi berasal dari kelas beragam. Ada kelas borjuis yang nyentrik dan bawa koper, tapi ada juga proletar yang seolah-olah segala macam barang dibawa naik. Orang bawa kardus banyak itu masih umum, ada yang bawa beras pakai karung, bawa mangga, bawa sepeda lipat, bawa tikar, bahkan ada yang bawa sisa cat (pekerja proyek pulang kampung). Maka dari itu saya sarankan kamu bawa barang seminim mungkin karena daya tampung tempat barang di kereta sangat terbatas, sementara ada orang-orang yang membabi-buta bawa barangnya.
Kursi 7abc berhadapan dengan 8abc, tapi ternyata 2 dari 6 kursi itu kosong. Saya datang pertama langsung duduk di 7a, kemudian ada bapak-bapak di 8a kemudian mas-mas di 7b dan terakhir datang bapak-bapak (teman bapak 8a) di 8b. Awalnya saya agak canggung juga, posisi saya di dalam dan cewek sendiri tapi bodo amet. Mereka bertiga udah mulai ngobrol tapi saya masih memilih diam. Sampai akhirnya bapak 8b mulai basa-basi tanya ke saya. Akhirnya pembicaraan kita mulai mengalir. Nah yang mau saya bahas disini adalah pembicaraan saya dengan mas-mas 7b.
Saya tidak tau namanya, tapi dia cowok usia 27 tahun kerja di sebuah PT dibidang otomotif. Penampilannya ya begitu, rambutnya tidak terlalu rapi, pakaiannya casual , terus pakai cincin akik. Ya biasalah awalnya dia ngajak ngobrol basa-basi. Pas saya bilang saya kuliah di depok, dia langsung mention UI dan bertanya banyak soal kuliah saya. Ada pertanyaan yang membuat saya perlu untuk renungkan kembali.
Dia: "Mbak nanti selesai kuliah mo pulang kampung atau kerja disini?"
Saya: "pengennya sih kerja disini dulu, tapi habis gitu pasti pulang."
Dia: "Mungkin kamu sekarang masih bisa berpikir gitu tapi nanti kalau kamu terlanjur kerja disini terus punya jabatan, kayaknya susah untuk pulang. Apalagi cari kerja di kampung juga susah kan. Saya awalnya juga mau kerja dirumah enak, nyaman tapi yang bisa dikerjakan cuma tani. Akhirnya saya ke jakarta, gak kerasa udah 8 tahun."
Lama-kelamaan pembicaraan kita bukan basa-basi lagi. Dia mulai tanya tentang hubungan percintaan. Kalau soal ini saya harus main drama (bersandiwara), bukan maksud berbohong tapi hanya melindungi diri. Saya terbuka berteman dengan siapa saja, tapi tidak untuk lebih dalam. Kita boleh tertawa bareng ngakak-ngakak, tapi jangan bahas masalah pribadi saya. Sehingga untum hal ini dia yang banyak bercerita, menurut saya dia sangat terbuka untuk ukuran bercerita dengan orang asing. Coba saya bikin kronologi beserta apa yang dapat say pelajari dari situ ya biar gampang bacanya haha
● awal ke jakarta pacaran sama orang Banten 4 tahun, kemana-mana bersama, udah dikenalin ortu juga tapi akhirnya putus karena udah gak cocok lagi. (Dia bilang kalau pacaran harus ada tujuan ke depannya daripada capek hati doang, rugi waktu, rugi duit juga)
● Setahun yang lalu pacaran dengan anak kebidanan, gak pernah ada kata putus tapi loss contact. Sekarang komunikasi lagi tapi HTS. (Dia bilang: "saya serius sama dia, tapi dia yang belum siap diajak nikah. Saya gak mau maksa dia karena saya juga pengen nikah sekali seumur hidup. Jangan sampai dipaksakan takutnya pas udah nikah malah gak siap dengan masalah-masalah yang muncul.
● Dia cerita banyak tentang pacarnya. (Saya nangkep bagaimana penilaian dia ke pacarnya).
Sudah cukup sekian dulu ceritanya, capek ngetik. Terimakasih my stranger on the train yang sudah menjadi teman ngobrol selama berjam-jam. Terimakasih sudah sangat terbuka, semoga Tuhan memberikan yang terbaik untuk kamu. :)
0 comments:
Post a Comment