Tuesday, 3 March 2015

MEDIA BISA MEMBUAT DUNIA NAMPAK LEBIH KEJAM


Hai, akhir-akhir ini cukup ramai pembicaraan mengenai kajahatan. Mulai dari begal yang tidak ada habisnya, bom di ITC Depok sampai yang kecil maling di kostan. Siapa sih yang gak takut dengan begituan? ya saya sediri juga serem banget. Disini saya tidak membahas dari segi hukum, perspektif kriminolog, atau apapun yang saya jga tidak paham. Tetapi saya akan coba mengaitkan ini dengan sebuah teori komunikasi, bagaimana media bisa mempengaruhi anda. Btw, kata media yang saya gunakan disini merujuk pada segala sesuatu yang dapat menjadi perantara komunikasi, bukan hanya TV dan koran ya :) . Media bisa macam-macam, misalnya orang, line, wa, bbm, tv. koran, blog, dll.

Media memang bermanfaat dalam hal pemberian informasi kepada kita. Tapi sayangnya sekarang seringkali keakuratannya dipertanyakan. Kalau kita ngomongin media massa, sudah jelas bahwa idealisme jurnalismenya sudah kalah dengan kepentingan golongan, bisa bisnis, politik, atau mungkin kepentingan pribadi. Contoh nyatanya jelas Pilpres kemarin. Kalau kita bahas media online yang sekarang sudah akrab sekali dengan kita, justru ini lebih dipertanyakan lagi kualitasnya. Pernah gak sih kalian baca berita online, gak taunya infonya salah atau mungkin judul sama isinya gak sama? Jadi media online itu seringkali mengejar kecepatan produksi berita namun ketepatan berita jadi berkurang. Proses gatekeeping dalam media online ini sangat kurang atau bahkan ditiadakan, sehingga bisa saja  proses produksi berita yang harusnya melalui dapur redaksi tapi cukup selesai oleh sang wartawan sendiri. Nah kita bahas sosial media, sebenarnya yang ini jelas banget karena kita sebagai user sekaligus juga kontributor. Artinya orang bisa menggunakan atau menulis berita sesuka hatinya. Ya meskipun ada UU ITE, tapi apakah itu menjamin? sepertinya jawabannya tidak. 



Dari tulisan paragraf sebelumnya kita sudah sepakat bahwa media memang informatif, tapi kita juga harus selektif melihat akurasi informasinya. Nah sayang kita seringkali lupa dengan hal itu, jadi langsung percaya aja sama informasi media. Coba deh kayak kita dapat makanan kita, rakus banget kan kesannya kalau main sikat aja. Basa-basi dulu deh tanya itu apa? darimana? siapa yang bawa? rasanya gimana? Sudah banyak nanya itupun kita gak langsung makan semuanya kan? cicipin dululah untuk memastikan benar-benar good taste. 


Sekarang kita persempit lagi topik kita ke sosial media line, bbm, atau apapun yang bisa broadcast message. Saya yakin teman-teman seringkali merasa terganggu dengan itu, apapun kontennya. Apalagi kalau isinya tentang pencurian di kosan, jambret, begal, bom, rampok, dll yang seketika membuat kita sesak nafas. haha. Meskipun itu sebenarnya berguna juga untuk kita supaya lebih waspada. Jujur saya sedikit tidak suka dengan BC2an begitu, tapi saya masih baca pesannya tapi ya udah cukup tahu aja dan tanpa komentar. Kita harus ingat kembali karakter media apalagi kalau lewat media chatting begini kita tidak tahu sumber sebenarnya kan? tapi parahnya banyak tuh yang main percaya aja dan jadi resah dengan isi pesan itu. Banyak temen-temen saya yang jadi takut kemana-mana katanya takut di begal. Saya cuma bisa bilang, OH. 





Kalau kita kaitkan dengan teori komunikasi, ada teori kultivasi. Sebenarnya ini lebih tepat untuk tv, tapi menurut saya masih relevan disini. Teori ini bilang bahwa penonton kelas berat (nonton tv lebih dari 4 jam) akan cenderung melihat dunia lebih menyeramkan dari yang sebenarnya dibandingkan penonton kelas ringan. Nah ini sama kayak kalian, semakin sering kalian membaca broadcast yang sangat ghoib itu akan membuat kalian makin resah, karena melihat dunia jadi semenyeramkan itu. Saya juga heran ada ya orang iseng banget bikin berita begal. Sebenarnya di depok kejadian begal hanya 3 kali, tapi perasaan banyak banget yang dibroadcast orang-orang. Pernah ada satu malam itu beritanya sampai 3 kali, semua dengan tulisan baru saja terjadi lagi blablabla. Saya tidak menyalahkan orang yang menyampaikan informasi karena mungkin niatnya baik, toh kita sama-sama juga gak tau siapa yang buat mungkin kamu berpositive thingking itu akurat ya :). Tapi yang jelas, kita harus tahu cara mengontrol sikap kita terhadap informasi tersebut. Informasi itu penting untuk kita tahu tapi ya udah tahu aja, jangan sampai mempengaruhi psikologis kita. Semoga jelas maksud tulisan saya ya, terimakasih :) 

Btw ini beberapa screenshot pesan media yang saya dapat, tapi sekali lagi tolong jangan percaya begitu saja, sebatas untuk tahu saja ya. Tidak semua pesannya benar, kitapun sama-sama tidak tahu sumbernya. 











Share:

0 comments:

Post a Comment