Wednesday, 4 March 2015

Tulisan seorang anak gadis untuk Ayahnya

Halo Ayahku tersayang yang  mungkin sedang sibuk di depan laptop sekarang. Bagaimana kabar Ayah? Semoga selalu  baik seperti yang selalu ayah katakan lewat telepon. Entah mengapa akhir-akhir ini aku merasa sangat rindu dengan Ayah. Terlalu banyak hal yang ingin ku katakan, terlalu banyak hal yang ingin ku tanyakan. Ayah, anak gadismu yang dulu selalu mengeluh rindu sekali dengan momen dimana kita dijalan dan bercerita tentang banyak hal. 

Dulu aku terlalu sinis melihat itu semua, perhatian yang berlebihan itu kadang membuatku merasa seperti anak kecil. Tapi kini aku sadar, ternyata sampai sekarang tidak ada perhatian yang lebih tulus melebihi itu. Bahkan orang yang katanya sayang padakupun tak pernah sepeduli itu. Berapapun umurku sekarang, aku rindu menjadi anak kecil yang selalu dikhawatirkan ketika aku pergi kemana-mana. Dulu aku sangat mendambakan kebebasan, pergi kemana-mana sendiri, tak ada yang mencari-cari, mau pulang jam berapa juga tak diomeli. Sekarang ketika aku boleh pergi jauh sendiri, bahkan mau melakukan apapun semauku. Tapi mengapa justru aku merasa hidupku hampa. Meskipun mungkin ada yang selalu bertanya aku sedang apa?  bagaimana keadaanku, apakah aku sudah mandi dan banyak hal. Tapi itu tak jauh lebih merindukan daripada saat Ayah menjemputku pulang, lalu bertanya bagaimana kegiatanku hari itu? Aku bercerita sambil mengeluh-ngeluh, lalu Ayah hanya tersenyum dan bertanya aku ingin makan dimana. 

Aku ingat sekali dulu pas kita mau pergi Ayah selalu menggoda:"Kita naik helikopter ya". Lalu aku yang tiba-tiba jadi males pergi kalau kita beneran naik motor itu. Tapi bagaimanapun juga banyak kenangan dengan motor plat merah itu. Ayah ingat tidak ketika aku jadi tontonan tetangga gara-gara naik motor itu. Biasanya aku yang tak pernah mau diajak naik itu, tapi justru hari itu aku yang mengendarai hanya karena belajar naik motor kopling pakai motor itu dulu. Ada lagi nostalgia kita dengan helikopter, Ayah ingat waktu jemput aku les naik itu terus pas puter balik kita diketawain orang? Kita puter balik di depan rumah orang yang teksturnya agak turun, karena mungkin helikopter tetriup angin atau muatan belakang yang terlewat besar eh malah motornya mundur, jadi diketawain sama orang lewat. Ada lagi cerita lucu tentang motor kesayangan Ayah ini, waktu aku masih SMP ayah jemput aku sambil nyuciin motor. Mas-mas tukang cucinya tidak tahu kalau ini motor ajaib, jadi pas dia pegang stang malah motornya meluncur jatuh kebawah dan masnya melongo sambil megang karet stangnya yang lepas. wkwk. 

Aku juga ingat sekali bagaimana ayah mendukungku banyak hal ketika aku mulai masuk SMA, dari mulai ngurus banyak hal sampai antar jemput berangkat petang pulang petang saat ospek. Satu cerita yang sedikit tidak enak tapi jadi pembelajaran. Waktu itu kita berangkat pagi-pagi ke lab, buat cek kesehatan. Pas dijalan imam bonjol tau-tau mobil kita terguncang, gak taunya bemper belakang sedang ngajak kenalan bemper depan truk gandeng. Tapi syukurlah tak tidak terjadi apa-apa, hanya ada klakson dari truk yang memberi tanda bahwa ada benturan. 

 Sebenanrnya aku ingin menulis tentang Ayah, menyampaikan semua rinduku yang meluap-luap. Tapi ternyata jemariku justru menulis nostalgia ini semua. Ayah, aku sayang sekali denganmu. Sekarang tk ada lelaki yang akan aku banggakan ke semua orang, kecuali Ayah. Aku selalu bangga ketika bertemu dengan teman lama Ayah dan mereka bercerita tentang bagaimana Ayah jaman sekolah dulu. Aku percaya sepersekian dari diriku menuruni dari Ayah, inilah yang membuatku harus beruntung punya Ayah hebat. Terimakasih sudah menjadi inspirasiku selama ini, semoga aku bisa jadi anak yang membanggakan sebagaimana aku bisa membanggakan Ayah. 

Salam sayang dari anak gadismu tercinta, Ima. 
Share:

0 comments:

Post a Comment