Tuesday, 23 September 2014

Kita berlawanan arah

"Melangkahlah kemanapun engkau ingin melangkah, sesungguhnya bukan lagi pikirku yang mengendalikanmu tapi hatikulah yang menuntunmu"
Aku seperti debu yang diterbangkan oleh angin tanpa bisa memilih kemana angin menerbangkanku. Tidak ada tujuan, aku bosan di keramaian, dimana bisa kutemui ketenangan? Aku berencana menghabiskan waktu di sebuah tempat makan, tapi nyatanya disanapun aku tak menemukannya. Hanya kesana untuk makan lalu aku pergi lagi dengan harapan tempat lain yang akan kudatangi memberi suasana yang lebih baik. Tak sampai kakiku menginjak tempat itu pikiranku sudah ragu. Sepertinya disana bukan tempat yang tepat karena disana justru banyak lalu lalang. Setelah aku naik bis kuning , kamu tahu akhirnya aku turun dimana? Jika kamu menebak fisip, jawabanmu salah. Aku melangkah tanpa arah sampai akhirnya tibalah aku di suatu tempat dimana aku selalu mendapat ketenangan, tempat ini selalu menjadi candu terutama saat aku hilang arah.

Saya bukan tipe orang yang mudah memperlihatkan kepanikan saya di depan orang. Orang tidak pernah tahu seberapa saya panik, inilah kenapa orang menilai saya orang yang tenang. Padahal jauh di dalam hati dan pikiran sungguh tidak begitu. Saya tahu benar bahwa saya sangat mudah panik, itulah kenapa saya selalu belajar untuk mengendalikan. Jauh sebelum deadline selalu saya usahakan tugas itu sudah selesai karena saya tahu kalau terlalu mepet pasti saya panik. Begitupun masalah, lebih baik mengantisipasi supaya kondisi ideal itu selalu ada. Kita memang tidak mungkin hidup tanpa masalah tapi setidaknya ketika ada masalah itu bukan masalah yang dulu pernah menghampirimu di waktu sebelumnya. Kalaupun kamu menghadapi masalah yang sama, tentu itu bukan lagi menjadi masalah karena kau sudah lebih pintar menyelesaikan itu.

Tapi sayangnya akhir-akhir ini aku gagal mengendalikan diriku sendiri sampai aku harus makan dan makan lagi untuk mengalihkan semua kesuntukan itu. Kadang saya tidak suntuk dengan tugasnya tapi dengan partnernya. Tugas hanyalah sebuah aktivitas yang menunggu dikerjakan tanpa pernah berontak tentang bagaimana caramu menyelesaikan. Saya kadang lelah mengikuti apa kata orang yang dengan mudahnya menyalahkan seolah-olah dia tidak pernah salah. Jika kamu tidak mau mengucapkan terimakasih, setidaknya kamu juga tidak menghardik kerjanya. Jalan pikiran kita berbeda atau mungkin saya yang kelewat perasa. Selama ini saya coba percaya kamu dengan mengabaikan penilaian orang, tapi akhirnya sayapun terpaksa membenarkan itu. Semoga Tuhan selalu meridhoi usaha kita semua. :)

MUI adalah satu-satunya tempat yang memberikan ketenangan lahir batin tanpa perlu kau menyiksa perasaanmu sendiri memikirkan orang yang tak memikirkanmu.

Share:

Monday, 22 September 2014

Pelajaran hidup di halte MUI

Ceritaku kali ini mungkin masih senada dengan yang kemarin, ini tentang wanita yang tangguh. Saya bangga menjadi wanita sebagaimana engkau bangga menjadi pria. Saat tadi pagi jogging, di tengah jalan saya istirahat sebentar di halte MUI (nama masjid UI). Disitu bukan hanya saya, ada beberapa orang yang sepertinya sedang melakukan hal yang sama. Tidak ada space yang cukup luas untuk meluruskan kaki saya kecuali duduk bertolak belakang dengan 2 cowok yang lebih dulu duduk disitu. Ketika saya duduk dan menaikkan kaki saya, datanglah 2 ibu-ibu dengan anak balita yang lincah seneng jalan. Satu dari mereka pergi mengikuti si anak ini jalan, tapi yang satunya tetep disitu.

Entah siapa yang diajak ngobrol apakah mas-mas belakang saya atau saya tapi yang jelas ibu itu ngomong sesuatu tentang cucunya. Daripada dikira sombong ya tidak ada salahnya saya merespon. Ya dia cerita tentang cucunya yang sangat aktif dan lincah. Saya berpikir ini cucu pertamanya karena terlihat dari cara ibu bercerita dengan semangat dan senang sekali. Setelah cerita cucu, ibu itu cerita tentang anak-anaknya. Jadi anaknya ada 3 , semua udah selesai kuliah di UGM,UNY dan UNJ. Anak pertama udah nikah, nah yang anak ketiga mau lamaran meloncati yang kedua. Coba kamu tebak setelah ini dia cerita tentang siapa?

Yaps, tentang suaminya. Ibu ini cerita kalau dia sudah berpisah dengan suaminya. Meskipun tidak ada surat cerai resmi tapi mereka sudah pisah rumah sejak tahun 2000. Kata ibu:"saya pisah karena bapak nikah lagi tanpa sepengetahuan saya". Saya nebak aja oh berarti nikah siri , tapi ternyata nikah resmi karena suaminya mengaku masih bujangan. Jujur ya, saya bukan pertama kali denger kasus seperti ini tapi baru kali ini saya tahu ada orang ngaku lajang sementara dia akan menikah dengan orang yang umurnya sama dengan anak pertamanya. Ibu itu sendiri yang bilang, dia lebih memilih yang muda yang umurnya sama seperti anak pertama saya.

Ada yang menarik ketika ibu itu bilang:" saya bersyukur mbak hari tua saya tidak kurang, meskipun dulu harus gali tutup lubang sendirian kuliahin anak tapi sekaranh semua anak-anak kasih jatah bulanan dan saya sendiri juga punya kontrakan. Meskipun saya pisah tapi bapak juga tidak minta gono gini jadi saya juga bisa tenang membalik nama yang saya punya ke anak-anak saya." Saya bisa menangkap bagaimana anak-anakny sayang banget sama ibu itu. Dulu ketika suaminya ketauhan nikah lagi, ibu ini bilang menyuruh suaminya untuk memilih sini atau sana dengan catatan kalau memilih sana silakan pergi dari rumah ini tapi jangan bawa apa-apa. Ibu bilang:"ya sudah ternyata dia lebih memilih sana mbak." Ya dulu kan masih kuat uangnya istilahnya masih kerenlah kerja di kontraktor. Tapi setelah PHK sekarang kehidupannya susah." Kalau pas lagi susah gini dia baru nyari-nyari istri tua mbak.

Sebenarnya ibu ini terlihat masih respect dengan suaminya tapi bagaimanapun hati terlanjur tersakiti. Jadi ibu itu bilang kalau anaknya mau lamaran jadi butuh Ayah kandungnya. Makanya janjian disini untuk ketemu. Ibu itu memang tahu usaha suaminya apa tapi dia dan anak-anaknya tidak tahu tempat tinggalnya sekarang dimana. Saya kira itu wajar, ibunya boleh respect tapi tidak dengan anak-anaknya. Mana ada anak yang tidak marah ketika lihat ibunya susah payah menghidupi 3 anak sementara ayahnya memilih bersenang-senang dengan wanita lain.

Lantas ibu itu memegang saya dan bilang :"kamu nanti kalau milih suami dilihat dulu keluarganya, latar belakangnya jelas apa tidak, agamanya, akhlaknya. Jangan sampai salah justru ganggu rumah tangga orang". Beberapa saat kemudian anaknya dateng lalu saya pamit untuk lanjut jogging lagi. Saya tidak enak kalau saya masih tetep disitu nanti ibunya lanjut cerita sementara saya takut anaknya tidak berkenan. Saya tidak kenal siapa ibu itu dan sebaliknya tapi saya cukup tercengah ketika ibu itu bisa cerita segitu jauh padahal saya disitu mungkin hanya sekitar 10menit. So the story run :)

Share:

Saturday, 20 September 2014

wanita itu gak lemah

Sebererapa sering kamu mendengar wanita meminta kesamaan gender? Ya saya sebagai seorang wanita juga ingin diperlalukan sama dengan kaum adam. Tapi disini yang saya tidak mengerti sebenarnya apa batas kesamaan gender yang dimaksud? Apakah ketika wanita boleh melakukan semua pekerjaan laki-laki itu disebut persamaan gender? Atau saat wanita diperlakukan seperti laki-laki itu sudah disebut persamaan gender?

Saya gak ngerti dengan orang-orang yang menuntut persamaan gender tapi di lain waktu masih melemahkan dirinya sendiri sebagai wanita. Sebenarnya wanita gak selemah itu, sosialisasi masyarakat membentuk sebuah presepsi bahwa wanita itu lemah. Saya bukan fighter sekuat chrish john dan saya juga tidak berotot seperti ade ray tapi saya selalu berusaha meyakinkan diri saya bahwa i'm strong enough. Ketika saya menganggap diri saya kuat, maka itu akan mempengaruhi tindakan.

Ketika saya naik commuter line atau bis saya tidak masalah jika saya harus berdiri sementara ada penumpang laki-laki yang duduk. Dia tidak perlu pura-pura tidur atau bahkan bersusah payah mengalihkan pandangan. Biasa ajalah, harga karcis kita sama , posisi kita sama sebagai penumpang. Tapi kalau dia dengan senang hati memberikan kursinya sementara tidak ada yang lebih membutuhkan kursi itu, barulah saya duduk. Saya pernah naik kereta jatinegara - pasar senen yang kebetulan pas saya naik masih ada bangku kosong, tapi beberapa waktu kemudian bangku penuh dan ada nenek-nenek naik. Sebagai security yang baik, sudah sepatutnya harus mencarikan bangku untuk penumpang yang membutuhkan. Memang ada kursi khusus lansia, ibu hamil , difabel, dsb. Tapi itu semua sudah penuh, akhirnya saya berdiri dan mempersilahkan nenek itu duduk. Neneknya sih biasa aja tapi respon security nya yang membuat saya terenyuh. Dia bilang makasih berkali-kali, mungkin dia dilema kalau harus mengusir orang untuk mencarikan tempat duduk nenek itu.

Tapi sekuat apapun wanita , tetap tidak bisa dia hidup sendiri. Akan ada saatnya dimana saya merasa butuh laki-laki untuk menangkan wanita yang sangat mengedepankan perasaan. Sekuat apapun saya, saya tetap butuh laki-laki untuk memastikan saya aman saat pulang malam terlebih lewat tengah hutan. Tapi bukan berarti saya sampai memaksa teman saya untuk mengantarkan pulang. Saya memang takut jalan sendirian tapi jalan kan bukan tengah hutan itu aja. Do you get the poin? Walaupun wanita tidak sekuat laki-laki tapi wanita juga gak selemah itu untuk selalu bergantung pada laki-laki.

Share:

Wednesday, 17 September 2014

Dunia baruku : menulis

Saya seperti mulai mencintai dunia baru dimana saya bebas berekspresi melalui tulisan. Sejak SD ketika saya belum mengenal istilah sastra, saya seperti sudah punya passion dengan pelajaran bahasa indonesia. Saya suka membaca puisi yang terkadang saya menulisnya sendiri. Dulu saya juga pernah berkeinginan untuk serius mempelajari ilmu - ilmu sastra demi memperkuat kapabilitas menulis saya, meskipun nyatanya saya tidak bisa mewujudkan itu karena sebuah alasan. Saya harus memilih untuk masa depan saya , antara bidang penulisan atau lisan. Memang keduanya sama-sama untuk menyampaikan pesan tapi kami beda kajian. Saya lebih memilih zona aman tanpa kehilangan passion saya. Ilmu komunikasi bukan hanya menaungi orang-orang yang lihai berbicara, bernegoisasi atau berkreasi. Tapi kami juga punya profesor - profesor yang expert di bidang jurnalisme. Saya memang tidak berencana mendalami jurnalisme secara mendalam melalui program studi yang ada di komunikasi, tapi setidaknya ada sedikit banyak ilmu dari pengantar jurnalisme.

Sebenarnya blog tidak terlalu asing bagi saya, sejak smp saya sudah punya account. Tapi sayangnya dulu menulis dikertas lebih menyenangkan, sampai ada sebuah buku yang khusus untuk menulis puisi. Begitupun ketika SMA , bahkan saya punya 2 account blog tapi lagi-lagi belum aktif secara maksimal. Tapi saya bersyukur ketika ada tugas membuat blog dengan kriteria-kriteria penilaiannya , saya tidak mulai dari nol.

Meskipun saya tidak dilahirkan dari keluarga sastrawan tapi ada kesenangan tersendiri dengan dunia tulis menulis khususnya dalam bidang sastra dimana saya bebas bersuara bermain kata-kata sesuka kita. Saya membayangkan ketika nanti saya bisa menulis sebuah buku  karya saya sendiri. Apapun latar pendidikannya , entah apapun profesinya nanti tapi yang jelas siapapun boleh menulis. Mama  pernah bilang :" kamu tidak harus kuliah di sastra indonesia untuk jadi penulis". Tekuni saja bidang kita, kalau sudah cukup banyak ilmu yang kita miliki bolehlah berbagi. Semoga kita bisa saling menginspirasi :D

Share:

Tuesday, 16 September 2014

Dear my future Someone

Akhir-akhir ini hasratku untuk menulis tentang masalalu besar sekali , niatku sederhana supaya mereka yang kini masih terjebak dimasalalunya kembali punya keyakinan bisa lepas dari itu semua. Tapi aku menyadari niat baikku mungkin tidak cukup baik untuk perasaan orang di masa depanku. Akhirnya aku membuat status di facebook :”aku sedang berusaha berhenti menulis tentang masalaluku untuk menjaga perasaan siapapun yang ada di masa depanku.” 

     Aku tidak mungkin sanggup melihatnya bersedih karena tulisan-tulisan di blogku tentang masalaluku. Bagaimana caraku mengelak sementara blog akan terus ada kecuali aku menutup akun pribadiku. Rasanya tidak akan ada alasan yang mampu membenarkan posisiku, termasuk niat baikku. Maka dari itu, sekarang aku belajar untuk tidak lagi menulis tentang masa laluku. Jangan sampai aku melukai dia dengan tulisan-tulisanku, sementara dia bersusah payah menjaga perasaanku. Jika senyum bisa memberikan kebahagiaan, kenapa harus mengundang kesedihan dalam penyesalan.

       Meskipun aku belum tahu untuk siapa perasaan itu ku jaga, tapi bukankah semuapun akan sakit jika tahu orang terkasihmu pernah berjuang untuk cinta yang lain. Bagaimana rasanya ketika kamu tahu orang yang ada disampingmu setiap kamu membuka dan menutup mata justru masih memikirkan orang lain? ini tentu sangat mengecewakan. Tapi tenanglah, ketika aku sudah memilihmu aku pastikan semua untukmu. Meskipun ada kalanya aku belajar dari masalalu tapi bukan berarti aku harus selalu mengingat masalaluku.  Jika nanti tiba-tiba aku teringat masalaluku , tolong ingatkan aku bahwa definisi kita adalah aku dan kamu, bukan aku dan dia. Jika suatu saat aku terlalu lama melihat kebelakang, tolong ingatkan aku bahwa ada orang yang sangat mencintaiku di hadapanku.

        Setiap tindakanku kini akan berproyeksi ke masadepanku dan masadepanmu. Orientasinya bukan lagi masa kini, tapi masadepan. Entah dimanapun kamu berada, entah siapapun kamu, aku percaya kamu juga pasti melakukan hal yang sama untukku. Nanti berbagi ceritalah denganku tentang bagaimana perjuanganmu hingga kamu bisa menghadiahkan kebahagiaan untukku. Aku tentu senang sekali mendengar orang terkasihku bercerita tentang bagaimana usahanya menapaki tangga yang akhirnya mempertemukan kita. Tapi aku berpesan padamu, wanita itu peka sekali perasaannya. Mungkin nanti kamu akan dilema ketika aku bertanya tentang masalalumu, kadang wanita sangat kepo ingin tahu bagaimana masalalumu tapi ketika kamu bercerita justru dia marah entah kenapa atau bahkan cemburunya membabi buta.  



                Sampai bertemu di masa depan yaa J
Share:

Saturday, 13 September 2014

Setiap hari seperti menggadai nyawa di Margonda

Setiap hari saya seperti menggadaikan nyawa di jalan yang bernama margonda. Bagaimana tidak, kita harus membelah jalanan sepadat itu tanpa adanya bantuan jembatan penyebrangan. Jalanan ini ibarat jantung kota depok, jika di daerah Kediri mungkin ini seperti jalan dhoho. Tapi beda, meskipun jalan dhoho adalah pusat pertokoan sekaligus jalan penghubung Kediri-Tulung Agung tetapi masih banyak jalan lain yang bisa kita lewati. Sedangkan margonda seperti jalan satu-satunya dari Depok menuju Jakarta jadi semua kendaraan berpusat ke margonda dan diperparah dengan banyaknya pertokoan serta angkot yang banyak sekali. Ya bisa dibayangkan kira-kira bagaimana kondisinya.

Ini jalan utama yang lebarnya bukan hanya 2 mobil, ini juga bukan jalan veteran yang 2 lajur sekaligus. Saya tidak tahu berapa langkah yang kita butuhkan untuk menyebrangi jalanan ini, tapi yang jelas setiap kita melangkah jangan pernah lengah. Kamu jalan 1 langkah  kendaraan bunyikan klakson, kamu melangkah lagi kendaraan mulai melambat, ketika kamu sudah benar-benar ditengah itulah kendaraan baru benar-benar berhenti yang terkadang jaraknya hanya hitungan cm. Meskipun kendaraan satu berhenti , kita harus tetap hati-hati. Mungkin 1 mobil berhenti , tapi motor dari belakang tidak mau berhenti. Bisa juga motor berhenti, tapi justru mobil langsung banting kemudi. Ya begitulah ibu kota.

Jangan tanya pernah tidak terjadi kecelakaan? Pasti pernah. Kadang ada saja mobil yang nekat jalan padahal mobil sampingnya sudah berhenti. Ya tentu saja kami pejalan kaki yang mendapat bahaya. Sering juga motor yang tidak ambil haluan sehingga nabrak kendaraan depannya. Sebenarnya di jalan ini ada zebra cross lengkap dengan rambu-rambu penyebrangnnya. Tapi sayangnya merahnya lama sekali dan itupun juga belum tentu pas hijau kendaraan mau berhenti. Dulu pernah ada orang marah karena ada orang nyebrang pas merah. Kayaknya aneh aja kalau dia marah, sementara pas hijau juga gak mau berhenti. Ini namanya mau menangnya sendiri , hak orang lain dia gak peduli. Tapi gak semua seperti itu, saya makasih banget sama orang-orang yang dengan kemurahannya berhenti dan memberi sinyal ke kendaraan dibelakangnya supaya berhenti juga. Saya juga makasih banget sama kendaraan-kendaraan yang dengan sabar menunggu kami selesai menyebrang baru jalan.

Perjuangan kami untuk ke kampus bukan naik turun bukit, bukan juga merayap di jembatan rusak atau bahkan naik sampan ke pulau seberang. Tapi saya seperti ciut nyali kalau setiap hari harus menggadai nyawa disini. Saya tidak menyalahkan ataupun membenarkan pengguna kendaraan atau pejalan kaki, karena semua punya hak. Tapi tolong saling menghormati, kita sama-sama tidak mau kehilangan nyawa di tempat ini. Semoga Tuhan selalu menjaga kita semua. :)

Share:

Sunday, 7 September 2014

Belajar memaafkan atas sebuah tuduhan

Kemarin bagi saya aneh sekali , tiba-tiba saya harus menghadapi masalah yang sama sekali tidak saya sangka. Ini sungguh menyakitkan karena saya harus menerima tuduhan yang tidak pernah saya lakukan. Awalnya semua biasa saja tapi mendadak ada satu kejadian yang dihubungkan dengan kesalahan saya beberapa hari yang lalu. Padahal saya yakin itu benar-benar tidak ada hubungannya bahkan saya tidak tahu apa-apa. Saya memang dalam posisi benar, jadi insyaallah semua akan baik-baik saja. Bagi saya ini masalah cukup serius, jadi saya memilih diam bahkan teman satu kamar sayapun tidak tahu serumit apa masalah ini. Sandaran saya cuma Allah SWT, tidak ada yang bisa menolong saya kecuali Yang Maha Mengetahui.

Sebenarnya ini hanya salah paham tapi bagaimanapun akan sangat menyakitkan jika anda dituduh melakukan apa yang sama sekali  tidak anda ketahui. Saya benar-benar tak sanggup memikirkan hal lain , rasanya saya jadi hampa dan mendadak demam tinggi. Mulut saya tidak berhenti istigfar dan hati saya hanya berharap pada Allah SWT. Saya yakin Allah benar - benar menolong saya , tiada henti doa dan tangis yang hanya kepadaNya. Bismillah dan alhamdulillah kini keadaan mulai membaik. Setelah saya jelaskan dengan sangat gamblang dan tidak adanya bukti atas tuduhan mereka maka alhamdulillah keadaan membaik.

Saat situasi kemarin, saya belajar dari Ayah saya bagaiman beliau pernah dengan sangat bijak menyelesaikan konflik salah paham. Kita benar jadi jangan takut untuk menjelaskan, Insyaallah kebenaran akan selalu menang. Begitupun yang saya lakukan , saya tanpa ragu mendatangi orang - orang itu lalu dengan tegas saya bisa menjelaskan setiap pertanyaan. Hingga akhirnya Allah memang menunjukkan kuasaNya, Subhanallah walhamdulillah Walaailaahaillah Huallah Huakbar. Insyaallah masalahnya selesai dan saya sangat berharap tidak ada salah paham lagi.

Alhamdulillah puji syukur saya curahkan pada Allah SWT, terimakasih banyak kepada senior saya yang sangat responsif dan sebijak itu menguatkan hati saya , dia sebagai orang pertama dan satu-satunya yang langsung tahu ceritanya semalam. Sebelum akhirnya saya rasa teman sekamar saya perlu tahu cerita yang sesungguhnya. Terimakasih juga untuk Ayah , mama , mas , adik dan semuanya yang secara tidak langsung banyak memberikan pelajaran kehidupan. Saya telah memaafkan semuanya, saya coba menerapkan kata-kata Mr. Niko :"belajarlah seperti air yang tidak akan membekas mesti dihujam pedang."

Share:

Saturday, 6 September 2014

Rindu dan doa

Aku sedang ingin menulis tentang rindu. Tidak perlu kamu tanya ini untuk siapa karena sudah jelas jawabnya. Tidak ada orang lain yang sesering kamu singgah dipikiranku, tidak ada cerita yang lebih menarik selain tentang kamu , tapi sayangnya tidak ada nama yang paling sulit aku sebut selain  kamu. Mungkin kamu akan mengira ini hanya permainan kata-kata , tapi jujur saja tidak ada cerita yang lebih enak dibaca tanpa ditulis sepenuh hati.

Malam ini aku menghabiskan banyak waktuku hanya untuk memikirkanmu sebelum akhirnya aku menumpahkan dalam tulisan ini. Jika bulan tidak hanya bisa memantulkan cahaya, maka sudah tentu aku ingin bulan bisa memantulkan bayangan. Mungkin lucu ketika setiap kali rindu denganmu , aku bisa melihat bulan karena dengan begitu aku melihat pantulan bayangmu dengan segala aktivitasmu disana. Terkadang setiap kali kerinduan itu muncul sebenarnya aku hanya ingin tahu kamu baik-baik saja. Aku pasti akan sangat senang melihat kamu bahagia di tempat barumu. Ceritamu sangat menarik bagiku tapi sayangnya aku tak cukup kuat mengendalikan tingkahku. Jika aku tidak menatap matamu bukan berarti aku tak menghormati, tapi itu karena aku takut mata kita berbicara lebih nyata daripada kata-kata yang terucap. Lalu kamu tahu kenapa aku sengaja mengambil jarak saat kamu bercerita? Supaya mudah bagi kita untuk tidak saling membaca gesture. Mungkin mulutku diam tapi gesture bisa mengirim pesan dengan reflek ketika detak jantungku lebih kencang, pikiranku mulai melayang, dan hatiku mulai berkembang.

Untungnya aku tak perlu melakukan itu setiap waktu karena jutaan  jengkal antara kita. Aku disini dan kau disana dengan cita-cita kita masing-masing yang sedang kita perjuangkan. Ini bukan ftv yang mungkin bisa kamu tebak ceritanya , jadi akupun tak ingin menerka - nerka skenario Tuhan. Lakukan saja yang terbaik disana, entah bagaimana akhir cerita kita tapi aku percaya ada hasil dari usaha dan doa yang telah kita lakukan untuk kebaikan bersama. Sementara kamu mengusahakan yang terbaik untukmu dan masa depanmu, akupun demikian meski kita berbeda jalan. Aku tahu jalanmu penuh perjuangan tapi justru itu yang membedakan kamu dengan insan yang lain. Meski kita tak bisa berjabat tapi percayalah ada semangat yang selalu tersemat dalam doa, semoga kamu selalu menjadi jiwa kebanggan yang hebat. Melalui doa itulah cara terbaik menyampaikan rinduku, Sampai bertemu di kotaku dan kotamu :)

Share:

Wednesday, 3 September 2014

Arti kata "terserah" bagi cewek

Saya baik-baik saja, begitupun hubungan sosial saya. Tapi pulang dari kampus lihat status om Mario Teguh saya jadi pengen nulis tentang sifat cewek. Om Mario said:" Wanita tidak suka menjelaskan apa yang diinginkan. Tapi laki-laki harus mengerti".
Saya kurang lebih setuju sekali dengan itu , mungkin saya dan wanita kebanyakan bersifat seperti itu. Sering kali kami memilih diam dengan harapan kalian mengerti apa yang kami inginkan. Namun sayangnya sesering itu juga, kami harus kecewa karena respon yang anda berikan tidak seperti yang kami inginkan. Saya tahu tidak semua laki-laki memiliki insting 'dukun' yang cukup baik. Maaf jika kami kaum perempuan terlalu menuntut anda untuk peka.
Sebenarnya kami tidak pernah berniat membuat anda bingung dengan arti diam kami atau arti kata terserah yang sering kali kami ucapkan. Ya seperti vocab dalam bahasa inggris, satu kata bisa memiliki beberapa arti sehingga artinya harus disesuaikan dengan konteks kalimat tersebut. Begitu pula dengan kata terserah dalam kamus kami, terserah bisa berarti makna sebenarnya (nurut/suka-suka) ; tidak peduli alasanmu ; dan pikir aja sendiri. Tidak perlu saya kasih contoh karena takut standart makna setiap orang berbeda. Tapi yang pasti kamu bisa lihat bagaimana kondisi mood kita waktu ngomong , kalau lagi bete jangan pernah mengartikan kata terserah dalam makna sebenarnya. Cobalah lebih peduli untuk peka dengan kondisinya, jika kalian saling terbuka saya kira ini gak susah. Saya punya temen dekat , rasanya hampir tidak pernah dia meleset mengartikan kata terserah dari saya. Dia tahu terserah dalam arti marah dan terserah arti sebenarnya. Awalnya dia pernah bilang :"aku bukan dukun yang bisa nebak pikiran kamu". Tapi kelamaan dia tahu karakter saya jadi sudah jarang miss komunikasi antara kamus cewek dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Haha
Saya kadang males kalau suruh ungkit-ungkit kesalahan orang. Jadi daripada ngomong panjang lebar yang belum tentu dia ngerti dan terima. Jadi saya lebih memilih kata terserah. Jika dia peka pasti dia tahu ini artinya kita sedang ada problem dengannya dan menunggu kesadarannya untuk berubah. Saya tidak marah kalau ternyata persepsi terserahnya beda dengan maksud saya. Paling - paling cuma mengehelas nafas panjang atau mungkin saya bales "hmmm".
Ada satu lagi yang ini menyangkut harkat dan martabat anda sebagai laki-laki. Kadang saya mengucapkan terserah karena saya sengaja memberikan kesempatan anda sebagai "imam" untuk mengambil keputusan. Saya mengerti dengan kebaikan kamu memberikan reward kepada kita untuk memilih, tapi saat kita sudah bilang terserah silakan kamu ambil keputusan dan berhentilah mengajak berdebat dengan senjata "terserah kamu". Mungkin bisa jadi ini moment lucu , tapi bagi saya justru wibawa kamu sebagai laki-laki turun. Saya menghargai keputusan kamu sebagai pemimpin karena adakalanya saya percaya keputusan kamu lebih objektif tanpa dipengaruhi suasana hati,dll.
Share:

Monday, 1 September 2014

My lecturer is ex director RCTI

Hallo september , Wish me luck to run my new periode and more better than before. Kuliah pertama di semester ini cukup banyak perubahan , mulai dari jam kuliah yang biasa pagi jadi siang, dari orang-orang di kampus yang rame dedek-dedek lucu sampai pastinya dosen-dosen baru dan matkul baru.

Tadi siang berangkat ke kampus kayak aneh karena kampus rame orang-orang baru yang gak kenal sama sekali jadi serasa asinh dalam keramaian. Tapi gak ngaruh juga sih, saya mah langsung ke kelas mencari habitat saya. Kuliah perdana saya dimulai jam 11.00 dengan matkul pengantar penyiaran. For your information, semester ini saya bakal belajar semua pengantar peminatan komunikasi. Nah, untuk matkul pengantar penyiaran ini kita mengenal dasar - dasar penyiaran dulu, mencakup history , teori dan juka sedikit teknis. Bagi saya apapun itu tidak masalah yang penting saya enjoy dengan teman dan dosennya. Matkul ini satu-satunya yang tidak memunculkan nama dosen sama sekali jadi kita benar-benar acak milihnya. How lucky i am! Saya Amazing banget pas tadi kenalan dosennya, namanya Mbak Esti. Masih muda, Good lucking, Ramah dan lulusan luar negeri. Beliau baru 3 tahun ngajar di UI karena sebelumnya dia 10 tahun sebagai sutradara di RCTI. Motivasi saya dulu masuk ui karena tertarik kerja di tv , tapi untuk sekarang goyah. Jadi ketika ada orang yang bisa share pengalaman dengan real ini sangat menarik bagi saya. Dari cara mbak Esti ngajar, kayak bisa kebayang ritme kerja di TV. 

Backgroundnya sebagai orang tv sedikit banyak ilmunya di share dengan kita. Ini terlihat dari SAP , di pertemuan mendatang kita akan kedatangan dosen tamu dari presenter tv , produser dan kita juga akan berkunjung ke KPI. Wow, it's really amazing guys :D

Share:

Kamu pilih mana, pacar kamu mendua atau dia merokok?

Kemarin saya baru saja menempuh perjalanan panjang dari kampung halaman menuju Jakarta Raya. Seperti orang kebanyakan, 17 jam duduk berdekatan tentu saja membuat kami sedikit basi basi untuk sekedar melupakan capeknya perjalanan. Dari pembicaraan yang benar - benar basa basi, orang di samping saya yang tidak mau menyebutkan identitaanya bertanya :" Kamu pilih mana, pacar kamu mendua atau dia merokok?."

Saya tidak pernah membenci perokok apalagi menghujat orang yang merokok. Hidup itu pilihan dan hak mereka untuk memilih menjadi perokok. Namun, jujur saya sangat keberatan jika orang yang saya sayangi merokok. Dari situ sudah kelihatan bahwa jawaban saya adalah lebih baik dia mendua dalam konteks hubungan belum pernikahan. Jika pasangan saya mendua berarti sudah jelas dia tidak layak untuk dipertahankan sehingga ini jauh lebih mudah bagi saya untuk melepaskan dia. Sedangkan saya pasti akan dilematis ketika pasangan saya merokok. Saya tidak mungkin merasa benci dan sayang pada satu orang yang sama dalam waktu bersamaan. Saya takut kamu berhasil meyakinkan saya kalau kamu berubah, sementara merubah kebiasaan orang tak semudah membalik telapak tangan. Bagaimana mungkin saya tidak dilematis jika menurut saya kesalahannya masih dalam gray zone. Lebih baik saya dihadapkan pada hitam atau putih daripada harus digantungkan pada abu-abu.

Dari jawaban tersebut Mr.X lalu bertanya :" Apakah kamu putusin pacar kamu kalau ternyata dia merokok?". Jawaban saya sederhana, kalau sekarang jawaban saya pasti iya tapi ini beda cerita kalau nanti ketika cinta membuat logika saya sudah lumpuh. Mendengar jawaban saya seperti itu dia tertawa entah apa maksudnya. Flash back sedikit ke belakang, Mr.x mengaku sebagai perokok berat lalu dia bilang :"Cowok kalau tidak merokok itu tidak jantan". Saya tidak mengiyakan atau menyanggah pernyataan itu tapi saya hanya menjawab :"oh ya?". Dia berkata sepertinya kamu tersinggung dengan pernyataan tadi. Memang orang-orang terdekat (red:Ayah) saya tidak merokok, sehingga saya terbiasa dengan mindset anti rokok. Meskipun berkali-kali saya jelaskan tentang toleransi saya terhadap perokok. Saya tidak pernah keberatan dengan perokok, asal jangan Ayah atau Kekasih saya.

Bagaimana mungkin saya membiarkan orang-orang yang saya sayangi memasukkan racun ke tubuhnya perlahan-lahan. Dengan kalian tidak merokok, itu sama halnya dengan mengahargai diri kalian sendiri dan pula memberi kenyamanan bagi orang terdekat anda. Saya pernah baca tulisan yang saya lupa sumbernya ,"BAGAIMANA BISA KEBEBASAN MEROKOK DAN HAK MENGHIRUP UDARA BERSIH BISA BERIRINGAN?". Tidak usah merokokpun kamu sudah keren banget justru kalau merokok kegantengan kamu turun. Jika sayang itu benar, tentu kamu tidak akan melakukan yang dia tidak suka.

Share: