Sunday, 17 April 2016

Bagaimana pendapatmu tentang sosial media? (2)

Pada bagian ke dua ini, saya ingin berbagi cerita mengenai kasus atau mungkin fenomena yang menarik bagi saya. (Part 1 , klik untuk melihat posting bagian 1). Kapasitas saya hanya sharing pengalaman dan pengamatan, bukan bicara level konsep, emangnya saya siapa? :) . Semoga tulisan ini sangat ringan dibaca, bisa disantap layaknya cemilan. Tidak bermaksud menggurui dan sok benar, tapi kembali lagi saya ingin mengajak introspeksi diri (menilai kedalam diri sendiri), apakah sudah bijak kita dalam menggunakan sosial media.

Sosial media itu menurut saya bebas berbatas, seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, anda tidak perlu menjadi ahli untuk menulis di sosial media. Siapapun boleh menulis apapun, tapi ada batasannya. Apa batasannya?

- Privasi anda sendiri
  Anda bebas mau cerita, bagi infomasi, pamer, mengeluh, bahkan nagih utangpun juga silakan. Belum pernah kan pas anda mau posting, terus ada tulisannya "maaf dilarang nagih hutang di facebook". Haha. Poin ini yang orang sering lupa karena mereka pikir sosial media bisa membantu mereka berekspresi. Orang tidak mau kalau orang lain ikut campur masalah rumah tangganya, begitupun orang tidak ingin aibnya tersebar. Celakanya justru yang menyebarkan itu, bukan hanya ke satu dua orang geng gosipnya, tapi ke semua orang. Bahkan ke orang yang sebenarnya gak kenal dan gak peduli soal itu. Misalnya, bikin status "Duh tanggal tua, mana si Abang gak kerja-kerja". Kira-kira apa yang terjadi? Apakah lantas teman-teman facebook anda memberi anda uang? Ya itu bisa saja terjadi, tapi saya pikir jarang sekali. Jelas yang pasti terjadi adalah orang jadi tahu kalau hidup anda susah, ekonomi keluarga anda buruk, hidup anda pas-pasan bahkan kekurangan, dan anda gak punya simpanan. Fatalnya lagi, orang jadi tahu kalau suami anda kerjanya serabutan, kerja musiman,  penghasilannya belum cukup memenuhi kebutuhan. Padahal bukannya kewajiban Istri harus menjaga aib suaminya ya?

Kalau di dunia nyata, yang tahu kondisi anda mungkin hanya tetangga atau orang-orang terdekat. Tapi dengan keluhan anda yang sangat sembrono di facebook itu, semua orang jadi tahu, Teman lama dan saudara-saudara anda yang tinggal beda kota bahkan beda pulaupun jadi tahu. Bagus kalau mereka masih punya rasa kasihan, kalau justru ditertawakan bagaimana? Jatuh harga diri anda di depan mereka.

- Kejujuran
Bukan hanya hubungan di dunia nyata saja yang butuh kejujuran, di sosial media juga. Hubungan apapun pondasinya tetap kejujuran. Lagi-lagi memang sosial media itu bebas, Anda bebas mengatur diri anda agar terlihat seperti apa. Misalnya saya nulis sekolah di Universitas Indonesia, emangnya facebook bakal ngecek apa saya beneran sekolah? Pasti enggak kan. Sebebas itu di sosial media karena memang tidak ada yang menjamin kebenarannya. Tapi ya tolong dong yang masuk akal, jangan mengira seolah-olah teman-teman anda di sosial itu semuanya gaptek. Misal update status, "Sebentar di Holland, sebentar di Itali, sebentar di Paris, sebentara di Jerman". Ya kalau yang bikin status Syahrini sih tidak masalah, tapi misalnya kalau yang bikin status itu saya? Pasti aneh kan, kayak orang jadi males temenan sama saya. Misal contoh lainnya, biasa sehari-hari kemana-mana juga naik motor, tiba-tiba update foto buka pintu mobil Ferrari, kira-kira apa yang terjadi? Bukannya terkesima, tapi orang malah akan mencibir anda. Mereka akan mempertanyakan, kayak apa yang anda tunjukkan di sosial media terlalu jauh dari kenyataan.  Apa dampaknya? Ya jelas orang gak percaya lagi sama anda.

Oke, mungkin anda membantah bahwa itu terjadi kalau orang lain tahu keadaan kita di dunia nyata. Lalu kalau enggak bagaimana? Jangan lupa, sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya jatuh juga. Cepat atau lambat kebohongan itu akan terbongkar juga. Apalagi kalau anda pengguna internet aktif, wah data anda berceceran dimana-mana. Lalu tinggal ditelusuri, lihat aja apakah informasinya konsisten. Kalau tidak sinkron, ya jelas itu sandiwara. Ya kalau anda punya naluri detektif saya yakin pasti bisa, tapi memang butuh perjuangan dan waktu. Misalnya begini, saya kenalan dengan orang katakanlah dia ngakunya polisi. Tinggal lihat saja, apakah ada foto-fotonya selama bertugas? apakah informasi yang dia bagikan mencerminkan seorang anggota POLRI? apakah teman-teman facebooknya kebanyakan juga anggota POLRI? Memang ada yang susah sekali dibuktikan karena dia menyadari untuk mengatur sedemikian rupa sehingga nampak benar. Tapi pasti ada celah, kalau di penelitian kita istilahnya reliabilitas jadi kita lihat kehandalannya, maaf saya harus menggunakan istilah itu. Mengukur reliabilitas itu artinya di tes berulang kali dengan berbagai macam cara hasilnya tetap sama. Jadi begini, misalnya:

  • Pertama, sekarang dan bulan depan kita menanyakan pertanyaan yang sama, apakah jawabannya tetap sama. 
  • Kedua, kita bandingkan antara cerita dia dengan apa yang dia bagikan di sosial media.
  • Ketiga,  apakah informasi yang dia sampaikan benar sesuai informasi resmi atau yang umumnya orang tahu. 
  • Keempat, Mungkin bisa juga cek dengan informasi yang ada sosial media teman-teman terdekatnya. 
Perlu diperhatikan, disini teman-teman jangan bantah dulu, tampung aja semua, biarkan dia berlaga dengan sandiwaranya. Baru kemudian kalau informasinya sudah banyak ya dianalisis apakah konsisten atau tidak. Melihat konsistensi di sosial media juga tidak susah, anda tinggal telusuri kronologi timelinenya.

- Hak Orang Lain
Lagi-lagi anda boleh menulis apa saja di facebook, mau ngomongin tetangga, mau mencaci maki pemerintah, mau komentar soal pertandingan bola semalam juga boleh. Tapi hati-hati, ingat prinsip bebas terbatas, apalagi negara kita negara hukum. Jangan sampai anda dituntut gara-gara status anda mencemarkan nama baik orang atau mungkin sederhananya sosial media anda di blokir karena tidak sesuai dengan aturan dari pengembang. Misalnya, itu terkait isu hak cipta atau hal-hal yang bisa menimbulkan pro kontra. Contohnya beberapa waktu lalu facebook penulis Tere Liye sempat dibekukan facebook karena ia mengkritik LGBT atau juga misalnya foto anda di Instragram mengandung unsur pornografi juga langsung di hapus oleh instagram. Apalagi sekarang ada fitur laporkan, kalau yang melaporkan banyak tentu itu bisa ditindak lanjuti.



Share:

0 comments:

Post a Comment