Sunday, 24 April 2016

Terimakasih telah menjadi bagian dari perjalananku





Cerita ini tentang orang-orang yang meluangkan waktu dan mau menjadi bagian dari perjalanan saya, hingga perjalan ini semakin bermakna. Waktu saya di Jogja singkat sekali, kadang saya dilema juga kalau mengabari pasti mereka menyempat-menyempatkan tapi kalau tidak dikabari kok memutus silaturahmi. Sayangnya pada akhirnya orang-orang yang saya repoti tetap sama. Saya sebenarnya berusaha merencanakan semuanya sendiri karena memang dari Jakarta saya juga berangkat sendiri. Ini juga antisipasi jika ternyata saya harus benar-benar jalan sendiri di Jogja.

Saya harus berterimakasih kepada Gilang, Nureka, Mas Agung dan Pak Dokter Dody. Walaupun pada akhirnya hanya ketemu Gilang karena yang lain berakhir wacana. Tapi gakpapa, setidaknya kalian sudah mau menyempatkan untuk mengagendakan, tapi memang kondisinya diluar dugaaan. toh niatpun sudah dicatat sebagai satu kebaikan kan? hehe.

Agung. Ini tetangga saya yang kuliah di Fakultas peternakan UGM. Ceritanya kita teman kecil karena dulu TK dan TPA selalu bareng. haha. Jadi saat itu saya line dia, sebelumnya saya pernah bilang kalau saya mau ke Jogja dan minta ketemu kalau ada waktu. Tapi ternyata minggu itu pas saya dateng, dia sudah mengagendakan pulang kampung. Ya kita belum berjodoh di Jogja. haha. Saya awalnya gak tau kalau dia kuliah di Jogja makanya sebelum-sebelumnya saya gak pernah kontak dia kalau pas lagi ke Jogja. Justru mama yang kasih tau kalau ternyata dia pindah ke Jogja. :D

Nureka. Ini teman saya SMA, satu kelas pas SMA dan teman les selama di GO. Ya kita cukup dekatlah, makanya saya selalu kontak dia kalau mau ke Jogja. Sayangnya memang sejauh ini kita belum berjodoh juga. Dulu dia tiba-tiba ada kelas pengganti sedangkan kemarin dia ketiduran. haha. Jadi sejak masih di kereta kita kontak terus by messanger. Sampai akhirnya terakhir kontak pas sore saya check in hotel. Saya mau santai dulu di penginapan dan dia bilang "Selamat istirahat Nona". Tapi sebelum mengucapkan itu, kami sudah sepakat untuk bertemu malam harinya. Tapi mulai habis magrib sampe jam 9 lebih saya nelpon di berkali-kali tidak ada jawaban. Whatsapp juga gak bisa, messanger juga gak bisa. Sampai akhirnya jam 10 dia membalas whatsapp saya bilang kalau dia ketiduran. haha. Ya mau bagaimana mana lagi, sudah terlalu malam untuk dia keluar. Jadi akhirnya kita terpaksa tidak jadi bertemu karena besoknya Nureka sudah ada agenda. Haha.

Gilang. Ini ketua kelas saya waktu kelas X dan XI. Jujur, saya hutang budi sama dia karena dia selalu menjadi orang yang paling bisa diandalkan. Sudah 2 kali saya hubungi dia dadakan dengan kondisi sedikit mendesak dan Alhamdulillah memang Tuhan menolong saya lewat dia. Seperti kemarin sebenarnya saya janjian duluan sama Nureka, baru sore saya chat Gilang kalau saya lagi di Jogja. Akhirnya malah malamnya saya ketemu Gilang aja karena Nureka ketiduran itu. Haha. Dulupun kasusnya sama, karena teman saya lainnya berhalangan akhirnya saya dadakan menghubungi Gilang dan benar-benar dia full nemenin saya. Mulai jemput dari stasiun jam 7 pagi yang mana posisi dia terima telpon saya kayak antara sadar dan tidak. haha.

Dody. Ini mahasiswa kedokteran hewan UGM. Dulu kita ketemu pas seleksi beasiswa di Surabaya dan sampai sekarang ya emang Dody ini aja yang masih sering kontak dengan saya. Lainnya paling cuma say hai di facebook aja. Gimana ya, sebenarnya Dody ini yang paling membuat saya dilema. Kalau yang lain itu kan orang Kediri, kalau gak ketemu di Jogja ya nanti di Kediri kita bisa ketemu. Sedangkan Dody bukan orang Kediri, kayak ya emang kemungkinan kita ketemu ya di Jogja aja. Makanya saya selalu berusaha untuk menghubungi dia kalau emang saya lagi di Jogja. Satu sisi saya pengen ketemu dia, disisi lain saya menyadari kesibukannya yang luar biasa. Ya secara Mahasiswa FKH dengan segala macam laporan dan praktikumnya, AsDos, dan dia juga cukup aktif di organisasi mahasiswa. Saya tahu ketika dia bilang "iya" ke saya, pasti itu sudah menyusun jadwal yang luar biasa. haha. Ya sedih aja pada akhirnya itu hanya wacana, sudah 2 kali gagal ketemu. Tapi gak apa-apa, namanya juga diluar rencana, bukan kemauan dia. Sedih aja, kayak aku berusaha terus hubungin dia karena dia responnya lambat luar biasa. Sampai detik terakhir di Jogja kebetulan pas makan di Jalan kaliurang, yang notabene itu deket banget sama UGM. Saya line dia how sad i'm and i hope miracle happened. :( Tapi ya sudahlah gpp, he's still my best friend.





 


Share:

Saturday, 23 April 2016

Pandanaran Hotel Yogyakarta


Pandanaran Hotel Yogyakarta merupakan grup dari Pandanaran Group yang berpusat di Semarang. Hotel ini berlokasi di Jalan Prawirotaman 1 no. 38 Jogjakarta , tepat di depan Gelato dan Aglioo. Lokasinya cukup mudah dijangkau, bisa naik TransJogja, taxi, becak atau transportasi lainnya. Pastikan Anda datang dari jalan parangtritis, karena mulai bulan april kemarin jalan prawirotaman diberlakukan satu arah dari barat ke timur (Dari jalan parangtritis ke jalan sisingamangaraja). Lurus ke arah timur mungkin sekitar 300m, anda akan menemukan hotel ini di sebelah kanan jalan. Sangat kelihatan karena ada tulisan hotel pandanaran cukup besar di depan hotel.

Sebelum bercerita lebih jauh saya mau bercerita tentang kenapa akhirnya saya memilih pandanaran hotel. Awalnya saya tetep berusaha mencari di sekitar malioboro, dengan kriteria hotel konsep modern, ada kolam renang kalau bisa rooftop dan low budget. Rata-rata dengan kriteria itu di sekitar malioboro harganya 400 keatas. Saya sempat kepikiran merapi merbabu, tapi ternyata aksesnya sulit. Saya juga kepikiran di queen of the south beach resort, tapi ini jauh banget dan saya gak punya kendaraan. Akhirnya saya coba cari daerah prawirotaman, ada galeri prawirotaman dan pandanaran yang cukup menarik hati saya. Pas saya lihat-lihat, akhirnya saya memutuskan booking pandanaran.

Saya menginap disini hanya semalam karena keesokan harinya saya langsung melanjutkan perjalanan ke Kediri. Pada saat itu saya booking via traveloka dengan tipe budget room without breakfast, refundable policy aplly. Menurut saya sesuai dengan motonya simply the smart choice, memang hotel ini adalah pilihan yang simpel. Di traveloka saat itu hanya tersedia 2 tipe kamar yaitu budget dan standart. Tapi jenisnya macam-macam, perbedaannya terletaka pada jenis bed, sarapan dan refund. Saat itu saya memilih Queen budget room only yang bisa di refund dengan rate RP 304.000. Kebetulan saat itu ada promo dari traveloka promo 15% dengan minimal transaksi 300ribu. Alhamdulillah saya akhirnya hanya bayar 250ribu sekian.

Apakah ini sepadan dengan yang saya dapat? menurut saya ya. Pas saya check in ternyata saya mendapat free upgrade dari budget room ke standart room. Tentu saja standart room lebih luas ukuran kamarnya, tapi kayaknya secara fasilitas sama aja. Pas booking saya request kamar lantai atas yang viewnya bagus dan sayapun mendapatkan itu. Kamar saya di lantai 5 (paling atas) satu lantai dengan bar dan kolam renang.

Standart room double
Source: www.yogyakartahotels.net
View kamar

Kamarnya standart kurang lebih seperti itu. Kalau yang budget itu lebih sempit, kaca cendelanya lebih sempit dan kamar mandinya juga lebih sempit. Bagi saya yang sendiri sih ini sudah cukup, tapi mungkin kalau bawa keluarga agak berasa sempit. Kamarnya bersih dan semua terawat. Fasilitas yang ada di kamar AC, TV LED, line telepon, heater dan minumannya, laci, gantungan baju, sandal, handuk dan peralatan mandi lainnya, cermin kamar, cermin kamar mandi, hot water, dan washtafel. Semua berfungsi dengan baik dan sangat nyaman sih bagi saya. Channel TV juga lumayan lengkap, oh ya wifinya juga lumayan. :) Saya senang dengan kamar ini, saya bisa melihat kehidupan prawirotaman dini hari. Ya sebenarnya gak ada apa-apa, cuma ada pedagang dadakan yang mau gelar dagangan karena kebetulan ada rombongan anak SMP menginap disini juga.


Rooftop swimming pool Pandanaran hotel Yogyakarta
Ini sebenernya bagian yang membuat saya terpesona pada pandangan pertama. Haha. Walaupun saya gak jago berenang bahkan gak bisa, tapi saya senang aja ke kolam renang. Kayak tujuan saya ke Jogja juga selalu ada agenda ke kolam renang. Well, kolam renang Pandanaran terletak di lantai 5 selantai dengan bar dan fitness center. Gak begitu luas tapi ya cukuplah untuk saya yang cuma mau renang-renang lucu. haha. Kolam anak dan dewasa jadi satu, untuk yang dewasa sekitar 1,2 kalau tidak salah. Pas saya main ke kolam sore hari, kolamnya yang bener-bener sepi disitu cuma ada 2 cewek (bukan tamu hotel). Saya merasa sangat bersyukur saat itu karena saya bisa menikmati senja dan jogja bersama-sama. Tidak lama kemudian, adzan magrib lalu saya menuliskannya senja, Jogja dan Dia. Sempurna. Saat duduk-duduk santai sunbathing, sambil menikmati pemandangan jogja dari atas. Suasanya sangat sendu karena memang saat itu mendung. Susah dideskripsikan, yang jelas saya bersyukur sekali dengan nikmat Tuhan saat itu. Walaupun saya sendiri, bagaimanapun saya harus bersyukur karena saat itu saya merasa hidup damai sedamai-damainya. Maka nikmat Tuhan manakah yang engkau dustakan. :) . Oh ya kalau berenang aja sepertinya bisa juga, dengan membayar 50ribu rupiah. Mungkin lebih lengkapnya bisa dilihat di web pandanaran jogja.


Overall saya puas sekali dengan hotel ini. Harga terjangkau, fasilitas oke, ada rooftop swimmingpool, staff ramah, parkir basement cukup luas dan akses ke hotel juga gampang. Tapi ada beberapa hal yang mungkin perlu diperhatikan managemen hotel untuk perbaikan. Pertama, closet kamar mandi tercium bau yang sedikit gak enak. Kedua handuk kolam renang itu kan harusnya yang lebar, tapi pas saya minta dikasih yang ukuran standart kayak di kamar. Saya kurang paham juga apakah ini karena saya tidak mengenakan pakaian terbuka jadi gak perlu handuk yang gede atau bagaimana. Ketiga, itu kamarnya gak kedap suara ya? saya kayak denger suara tv kamar sebelah. Terakhir, saya kemarin coba booking pakai weebsite dengan memasukkan kode easybooking. Berhasil dan kode diterima tapi harganya malah lebih mahal. Sepertinya ini belum di update atau memang kodenya sudah expired. Itu saja masukan dari saya, maaf kemarin pas check out lupa mau ngomong karena buru-buru. Selebihnya saya puas sekali dengan service pandanaran hotel Jogjakarta. Kemarin saya dapat telpon dari sales hotel menawarkan kartu member. Kalau saya tinggal di Jogja mungkin bisa dipertimbangkan, sayangnya saya tinggal di Depok jadi paling ke Jogja jarang sekali. Tapi jika ke Jogja lagi, saya mungkin akan mempertimbangkan untuk menginap disini lagi. :)
Share:

Beburu penginapan di Jogja


Ini perjalanan pertama saya menginap di Jogja, biasaya saya selalu memilih untuk datang pagi lalu malam lanjut ke Kediri ataupun Jakarta. Tapi karena satu dan lain hal yang sudah saya jelaskan di postingan sebelumnya makanya kali ini saya menginap. Well, saya menghabiskan banyak malam untuk mencari informasi penginapan secara online. Maklum, banyak maunya jadi susah. Haha.

What am i looking for?

Saya awalnya cari penginapan di sekitar malioboro, biar aksesnya kemana-mana gampang dan saya gak perlu bingung kalau pulang malem. Dengan kriteria penginapan, harga terjangkau, bangunan baru, dan ada kolam renang kalau bisa rooftop. Tapi sepertinya saya terlalu idealis, gak ada yang seperti itu. haha. Sebenarnya bisa aja saya numpang di kost temen saya, tapi kayak saya gak mau merepotkan orang apalagi mereka lagi minggu uts kan. Jadi apapun yang terjadi saya harus berburu penginapan. haha



Belajar dari prinsip seorang teman, kalau kita mau sesuatu dan merasa itu terlalu tinggi. Maka pilihannya ada 2, yaitu: Menurunkan standart kita atau berusaha lebih keras. Dalam hal ini saya pilih yang ke 2, saya benar-benar menghabiskan beberapa malam untuk mencari penginapan yang cocok. Saya coba cari semua lewat traveloka, pegipegi, tiket.com, agoda dan tripadvisor. Intinya lewat itu semua saya cari harga terendah karena masing-masing aplikasi itu punya penawaran dan sistem beda-beda.

Traveloka, dia banyak kasih diskon apalagi kalau weekend atau special event, member dan pakai aplikasi traveloka. Dia juga banyak kerjasama dengan hotel grup, jadi misal saat itu redplanet. Harga final untuk redplanet Solo hanya 180ribu, sayangnya gak ada redplanet Jogja. Sedangkan online travel agent lain tidak menampilkan harga final, jadi harga dasar nanti tambah pajak 15%, belum lagi pajak administrasi 10%. Tapi semua punya kelebihan masing-masing kan ya. Enaknya pegi-pegi dia kasih maps yang muncul harganya, jadi kamu gak perlu cari satu-satu. Langsung buka maps itu aja, nanti kelihatan penginapan lain sekitar situ plus harganya. Kemudian kalau agoda dia banyak kasih diskon hotel-hotel premium, bahkan pas saya cari kemarin grand aston ratenya hanya 570.000 tapi lupa untuk kamar apa. Tapi sayangnya itu belum pajak ya, pas sudah pajak ketemunya sekitar 700.000. Wah ini hampir sama kayak kosan saya sebulan. haha. Btw agoda hanya bisa bayar pakai kartu kredit ya. Terus yang terakhir trip advisor itu sebenarnya kan aplikasi panduan wisata gitu, jadi enaknya kita bisa tahu perbandingan harga dari semua online travel agent jadi gak perlu buka satu-satu. Selain itu, kita juga bisa baca review orang-orang yang menurutku cukup berguna juga. 


maps pegi-pegi


Setelah melakukan pencarian panjang tapi tak kunjung menemukan seperti yang saya cari di daerah malioboro. Akhirnya saya coba cari daerah lain, tentunya tetap mempertimbangkan akses. Sebenarnya saya juga gak mau kemana-mana sih, tapi kalau daerahnya asing dan terlalu di pinggir kota kan susah juga. Kalau di Jogja yang terkenal kampung turis itu sosrowijayan (Gg pertama jln malioboro) dan prawirotaman (jl Parangtritis). Dari segi harga di prawirotaman lebih murah, tapi dari segi akses lebih jauh dari pusat keramaian. Jadi sesuaikan dengan kebutuhan perjalanan anda. Well, karena tak menemukan di malioboro, akhirnya saya coba cari darah prawirotaman. Pilihan sayapun jatuh pada pandanaran hotel, kenapa? alasannya jelas karena rooftop swimmingpoolnya dan harganya murah. hehe. Ulasan lengkapnya ada di postingan link ini  pandanaran hotel Yogyakarta :)

Sekedar berbagi aja dari hasil pencaharian saya, yang mungkin bisa menjadi sedikit referensi teman-teman kalau  cari penginapan di Jogja:

  • Hotel premium dekat malioboro: Inna garuda
  • Hotel premium diluar malioboro: Grand Aston Yogyakarta, Hyatt Regency
  • Hotel bintang 2,3, 4 di dekat malioboro, dengan kolam renang: Malioboro inn, Ibis, Istana batik ratna, Neo, Prima inn, Dafam fortune, hotel batik yogyakarta, Summer quest, Jambuluwuk malioboro, Abadi hotel, dll. 
  • Hotel bintang 2,3,4 di dekat malioboro, tanpa kolam renang: Hotel Pyreness, Malioboro palace, malioboro garden, hotel dagen, summer season, Pop hotel,  Whiz hotel, hotel mataram, Amaris hotel. (Hotel kategori ini banyak sekali, tinggal menyesuaikan budget anda)
  • Hotel dengan Rooftop swimming pool di Jogja: Indoluxe hotel, Pandanaran hotel, Dafam fortune, The cube Hotel, Ibis Styles, Edu Hostel.  
  • Hotel dengan view kolam renang bagus: Hotel berbabu merapi, Queen of the south beach resort parangtritis, Inessya resort and swimmingpool pantai kukup. 
  • Hotel backpacker dekat malioboro : Munajat Backpacker, Merbabu hotel, cabin hotel.


Sekian dulu ya, nanti kalau ada informasi segera saya tambahkan disini.  Jika berkenan silakan membaca review saya mengenai Queen of the south beach resort dan Rooftop swimmingpool Indoluxe hotel. Terimakasih :)



Share:

PECEL BAKMI PASAR BERINGHARJO

Source:
http://photo.liputan6.com/lifestyle/menikmati-kelezatan-bakmi-pecel-khas-pasar-beringharjo-2431923

Bagi yang pernah ke Jogja dan mampir ke pasar beringharjo pasti tau kuliner pecel bakmi. Tdak susah juga mencarinya karena penjualnya ada di sisi luar pasar. Begitu anda sampai di pasar beringharjo maka anda langsung bisa menemukan deretan penjual pecel ini disisi-sisi depan pintu masuk pasar. Penjualnya banyak banget, dengan menu yang sama, hanya saja mungkin komposisi sayur yang ditawarkan beda dan lauk pelengkapnya juga beda.

Well, seporsi pecel bakmi terdiri dari sayur mayur (biasanya selalu ada kembang turi), mie goreng kemudian disiram bumbu pecel. Sebenarnya menurut saya agak aneh sih kayak pecel ya pecel aja, mie ya mie aja jangan pecel campur mie. haha. Tapi ya itu justru uniknya kali ya. Kalau anda yang mau pakai nasi juga bisa, artinya sebenarnya anda bebas mau mie siram bumbu pecel aja, atau pecel sayur saja atau pakai nasi juga bisa. Harga untuk satu porsi lengkap (Nasi, pecel dan mie atau pecel dan mie) seharga 10ribu rupiah. Sedangkan untuk mie atau pecel aja seharga 5ribu. Terdapat pula berbagai macam lauk pelengkap yang bisa kita pilih, ada gorengan yang cuma seribu rupiah, ada sate telur puyuh, ati ampela, usus seharga 5 ribu rupiah pertusuk, ada ayam goreng juga cuma saya gak tau harganya. 

Source: http://nginepmana.com/yogyakarta/asli-kuliner-di-jogja-ini-emang-bikin-ngilerr

Is it recommended? 
Anda harus mencobanya, karena aksesnya mudah dan ini kuliner terkenal di Jogja selain gudeg. Sekedar untuk tau aja, biar kalau ada tetangga cerita anda udah tahu. haha. Tapi sejujurnya ada beberapa hal yang mungkin bisa teman-teman pertimbangkan.

Source: http://nginepmana.com/wp-content/uploads/2015/05/421.jpg
Pertama, porsinya tidak banyak. Ya sebagai orang yang sangat suka makan sayur, menurut saya ini sangat sedikit. Bahkan nasinya mungkin hanya beberapa sendok. Tapi semoga ini hanya penilaian subjektif saya sebagai wanita yang selalu makan sayurnya banyak. haha. Sayangnya saya sendirian saat itu, jadi saya gak bisa lihat porsi ini untuk orang lain, khususnya lelaki. Sebenarnya ada pembeli di kios lain, tapi agak jauh dan saya lagi fokus ngobrol sama ibunya. Biasa, kalau di tempat baru saya selalu sok ide ngajak ngobrol warga lokal. haha. 


source: http://photo.liputan6.com/lifestyle/
Kedua, tempatnya sempit. Lokasinya ada di depan pintu masuk pasar yang mana itu selalu penuh lalu lalang orang. Jadi sebisa mungkin cari tempat yang agak lapang atau tidak banyak dilalui orang. Saya waktu itu cari penjual yang sepi, ya karena saya sendiri bagaimanapun pasar itu tempat umum jadi takut aja digodain om-om jail atau brondong-brongdong labil. haha. Tapi ternyata sepanjang saya disitu, saya beberapa kali kesenggol orang yang lewat. Untung badan saya gede, jadi pertahanan kuat. haha. 


Ketiga, harganya gak murah. Ya untuk ukuran Jogja menurut saya ini mahal. Pecel di kediri harganya paling 4-5ribu satu porsi, sedangkan di Depok 8-9ribu sudah sama tahu tempe dan peyek. Di Beringharjo ini bener-bener polos, gak ada lauknya sama sekali. Sebelum menulis ini saya baca review orang, bahkan ada yang menyebut ini saudaranya lesehan malioboro. haha. Jadi buat temen-teman yang baru ke Jogja hati-hati, namanya juga tempat wisata, pedagang lesehan di malioboro terkenal suka banting harga gitu. Kalau pecel ini gak banting harga, tapi ya emang mahal sih. Pas itu saya makan pecel lengkap + 1 mendoan + setusuk sate tulur puyuh dan minum teh, yang harus saya bayarkan adalah 19 ribu. Satu tusuk sate telur puyuh isi 5 butir seharga 5 ribu itu juga mahal, paling kalau tempat lain 2-3 ribu. Oh ya pas itu ada mbak-mbak mau bungkus, dia bilang mau bungkus 2 lengkap dan dia bilang, "5ribuan kan buk?". Si penjualnya bilang kalau lengkap 10ribu, kalau mie atau pecel aja 5 ribu. Terus si mbaknya jadinya bungkus 1 aja. haha. Kalau saya saat itu sih biasanya aja, bayar 19 ribu juga gak berat hati karena memang saya niat mencoba kan jadi ya paling gak balik lagi. haha. Ya untuk sekedar tahu aja sih gak masalah, toh itu juga tempat wisata dan saya perginya sendiri. Beda kalau misalnya saya perginya satu keluarga, wah lain cerita misal 19X5=95 ribu. Belum lagi saya rasa lelaki pasti kurang 1 porsi. Wah itu lebih dari cukup buat saya makan sekeluarga di soto gobyos (soto daging dekat 521 - brawijaya Kediri). 




Share:

Friday, 22 April 2016

Malioboro "berhias"

source: http://simcardjepang.com/apa-uniknya-jogjakarta/

Malioboro. Sebuah nama jalan di Jogja yang begitu terkenal, bahkan mungkin orang yang belum pernah ke Jogjapun juga tahu jalan ini. Jalan yang katanya surga belanja dan surga kuliner, memang lokaisnya sendiri juga strategis sih. Kayak jalan dari stasiun bisa, mau ke tugu paling 1km aja, bringharjo juga disitu, nol kilometer juga. Sehingga gak heran memang kalau akhirnya kawasan maliboro menjadi ring pusat pariwisata Jogja. Teman-teman kalau mau cari penginapan itu banyak banget di sekitar situ, dari mulai yang murah seperti munajat backpacker  sampai yang sekelas inna garuda juga ada. Dengan demikian, gak heran kalau jalan maliobro ini padatnya luar biasa. Apalagi kalau malam minggu, saya juga bingung gitu sebenarnya mereka ngapain kayak mau jalan aja susah.

Pertanggal 4 April maret kemarin malioboro mulai "berhias", Sri Sultan melakukan penataan parkir sisi timur malioboro. Jadi kalau teman-teman jalan dari utara ke selatan (dari stasiun tugu ke beringharjo/nol km) itu kan terbagi ruas, jalan paling kanan/barat untuk mangkal andong dan becak, tengah buat kendaraan umum, lalu sisi timur/kiri buat parkir. Dulu suka susah gak sih kalau mau jalan, kalau jalan di trotoar barat takut tau-tau diserudug andong dari belakang. haha. Tapi kalau mau jalan di timur kayak banyak motor parkir. Nah sekarang parkir motor itu sudah gak ada, parkir motor malioboro direlokasi ke parkir abu bakar ali. Rencana jangka panjangnya maliobro akan seperti gambar dibawah ini.


Souce the last 3 images: https://www.brilio.net/
Kalau mau tahu lebih lengkap teman-teman bisa cari beritanya sendiri ya, itu sudah banyak banget di media online. Well, kalau saya pribadi sih sangat antusias dengan penataan ini. Sebagai turis luar daerah yang datang tanpa kendaraan ya ini bagus banget. Malioboro menjadi semakin nyaman untuk pejalan kaki, lebih rapi jug gak ada riuh parkir motor sana-sini. Saya sengaja jalan dari stasiun ke malioboro juga karena pengen tahu gimana penataannya yang baru. Pada saat itu saya kesaa tanggal 9, jadi baru selang 5 hari dari relokasi. Kondisinya ya sudah bersih, sisi timur itu diberi pagar-pagar pembatas kemudian juga dijaga banyak personil keamanan. Kursi taman juga sudah ada, tapi memang baru sedikit.

Saya senang aja, jalan di trotoar yang lebar, kemudian saya sangat menikmati suasananya. Gak sepi tapi juga gak padet, jadi ya rame aja. Banyak orang lalu lalang seperti biasa, ini pikiran saya kayaknya udah mulai penuh ya senenglah ya sampai ke Jogja lagi. Saya duduk di bangku taman disitu, dekat petugas keamanan dan mbak2 yang lagi sesi curhat. Ya saya waspada ada jangan sampai menerima cat calling, apalagi selebihnya. Kalau disitu kan aman, secara saya duduk samping 3 petugas keamanan, kayak orang berani ngapain gitu. Saya senang aja, duduk disitu sambil mengamati anak muda yang selfi sana-sini, pejalan kaki, musisi jalanan, riuhnya pertokoan dan jalan sekitar. Cuma satu yang bikin kurang lengkap, jalannya sendirian. hahahaha. 
  
Saya menyadari bahwa kebijakan tak mungkin menyenangkan semua pihak. Saya sebagai turis yang datang tanpa kendaraan sangat mendukung kebijakan ini. Tapi mungkin lain cerita dengan teman-teman yang datang bawa kendaraan, pegawai toko disana, dan terutama juru parkir disana. Relokasi parkirnyapun itu gak dekat sebenarnya, tapi pemerintah juga sudah berusaha mengakomodir kebutuhan masyarakat dengan menyediakan bus gratis dari parkiran abu bakar ali ke malioboro. 

Share:

Jogja never ending story

Stasiun Tugu Yogyakarta
Source: http://jogjaholidays.com/

Sebenarnya saya bingung mau kasih judul apa, ya sudahlah ya itu aja. Haha. Pada postingan sebelumnya saya sudah cerita gimana perjuangannya ngejar kereta jam 6.45 dari lari2an Depok ke Senen. Saya juga sudah cerita kenapa harus ke Jogja lagi, jadi kali ini mau cerita tentang pas saya sudah di Jogjanya. :)

Well, saya sampai jogja sore hari dengan cuaca mendung-mendung manja. Jujur saya saat itu berdoa jangan hujan dulu, saya gak mau dong ke jogja cuma numpang pindah tempat tidur doang. Pasti itu menyedihkan. Alhamdulillah selama 2 hari disana gak hujan, cuma mendung itu aja. Saya lebih bersyukur lagi karena pas saya udah di Kediri ada berita Jogja hujan lebat. Planning saya saat itu, kalau hujan ya langsung naik taxi aja ke penginapan. Kalau aman, gak hujan, saya akan jalan-jalan ke malioboro yang saat itu baru saja resmi memindahkan parkir ke parkiran abu bakar ali. Sebenarnya saya juga pengen ke Tugu Jogja dulu, tapi saya bingung aja kayak tugu jogja dan malioboro itu bertolak belakang kalau dari stasiun. Jadi ya saya harus pilih salah satu demi efektivitas segala hal. haha. Alhamdulillah karena gak hujan jadi kita bisa ke malioboro dulu. Yeey.

Saya jalan dari tugu ke malioboro, ya itu gak jauh sih sebenarnya. Cuma karena pikiran saya kayak masih ketinggalan di kasur kostan, di lampu merah, di pasar senen, dimana-mana dan mau hujan juga jadi yaa sedikit ngos2an juga. Apalagi itu sepanjang pintu barat tugu dan jalan pasar kembang banyak banget yang nawarin becak. Saya harus jalan cepet antara takut hujan dan males ditanya2in tukang becak. Haha. Kondisi saya jalan sendirian saat itu, dengan dandanan dan tentengan yang saya rasa itu membuat saya kelihatan mencolok. Ada banyak hal ingin saya ceritakan, jadi kita sambung perbagian di posting selanjutnya ya. :)
Share:

Wednesday, 20 April 2016

Jogja istimewa



Minggu lalu saya ke Jogja, sejenak. Seperti biasanya hanya seperti singgah, membangkitkan kembali kenangan yang tak kunjung terlupakan. Biasanya saya sampai Jogja pagi, sebelum matahari meninggi. Tapi kemarin karena jumat ada jadwal ujian jadi saya baru berangkat sabtu pagi dan sampai sana sore. Mungkin ada yang bertanya kenapa harus ke Jogja lagi? Saya sebenarnya juga tidak tahu alasan pasti, tapi yang jelas ada sisi emosional yang membuat Jogja memiliki ruang di pikiran (mungkin juga hati). Bukan karena ada siapa dan ada apa, tidak. Tapi saya suka Jogjanya itu sendiri, terutama suasana dan budayanya.

Saya tipe orang yang mendefinisikan kedamaian adalah ketenangan, artinya saya butuh ruang yang memang sangat tenang untuk mendapatkan kedamaian itu, Bagiku Jogja punya itu, saya bisa berjalan di sepanjang malioboro tanpa terganggu dengan cat calling (Istilah pelecehan secara verbal di jalan; digodain atau disuitin).  Selain itu Jogja bisa mengakomodir kebutuhan saya, budaya Jogja berpadu antara budaya modern dengan tradisional. Saya seneng aja ketika saya berjalan di Jogja, mereka sadar bahwa mereka tinggal di daerah wisata dan yang mereka hadapi turis. Istilahnya sebagai tuan rumah mereka seperti meyambut dengan senang hati. Ini yang saya cari, saya coba untuk tahu lebih banyak tentang Jogja lewat mereka.


Semakin kesini saya semakin jatuh cinta dengan Jogja, bagaimana saya menemukan kenyamanan ketika berada di Jogja. Memang saya belum mengenal Jogja sepenuhnya, tapi saya yakin Jogja masih istimewa sebagaimana lagu itu. Saya baru mulai untuk mengenal sosial budayanya, belum politik dan isu-isu lainnya. Karena saya tidak mungkin juga ngobrol soal kebijakan dengan ibu-ibu dipasar, tukang becak atau pedagang-pedagang di Malioboro kan? ;). Kalau ada kesempatan dan menemukan orang yang tepat pasti saya ngobrol lebih banyak soal itu semua.

Oh ya, saya juga asli orang jawa, lahir dan besar di Jawa. Hanya untuk kuliah ini saja pindah ke Depok. Mungkin ada yang berpikir, "Asli orang Jawa tapi lihat Jogja kok segitu tertariknya. Beda kalau misal orang Jakarta terus baru ke Jogja, itu wajar". Ya seperti yang saya bilang, saya senang dengan budaya Jogja dimana tradisional dan modern bisa melebur. Satu sisi saya suka banget dengan budaya orang desa yang guyub, kolektivis, ramah, dll. Tapi satu sisi saya hidup di jaman dimana slogan, "Mangan ra mangan sing penting kumpul" sudah tidak berlaku. Saya harus mengikuti perkembangan zaman untuk menjadi professional. Jogja aksesnya cukup mudah bisa ditempuh semua jalur, banyak institusi pendidikan sampai level tinggi, industrinya cukup berkembang banyak hotel-hotel internasional group ada disana, selain itu punya banyak tempat wisata ya saya gak pengen aja anak-anak saya kurang piknik. haha. Beda kalau di Kediri, aksesnya hanya bisa jalur darat, belum banyak industri/perusahaan skala besar, jauh banget sama tempat wisata kalau mau harus ke luar Kota. Kayak orang tua saya libur kerja pas hari minggu aja, jadi kebanyakan waktu libur ya untuk istirahat daripada pergi-pergi. Ya saya bayangin sebagai profesional saya juga tidak akan punya banyak waktu untuk keluarga, tapi disisi lain bagaimanapun quality time dengan keluarga itu penting. Makanya kalau di Jogja banyak pilihan, tidak melulu harus ke mall. Kita bisa sabtu malam sekedar makan malam bersama di cafe atau resto yang banyak sekali pilihannya disana. Mungkin juga bisa sekedar menghabiskan weekend kita ke pantai yang jaraknya mungkin tidak sejauh rumah saya ke Trenggalek. Tidak perlu mahal, yang penting kita menikmati kebersamaan dan nyaman. Kita bisa saling berbagi banyak cerita membayar semua waktu yang tersita untuk kerja. Lagipula Kediri Jogja itu kan gak jauh, kita bisa naik kereta yang hanya 3 jam.
 



Share: