Tuesday, 26 August 2014

Semua bahagia tapi aku berurai air mata di pernikahannya

Aku tak mengerti mengapa akhirnya aku memutuskan datang ke tempat dimana aku akan menangis sementara semua orang berbahagia. Setegar apa diriku hingga aku menyiapkan badanku untuk dihujam peluru bertubi - tubi hingga perasaanku luluh bersama setiap tetesan air mata yang mengalir.

Aku berada di tengah-tengah tamu undangan, di sebelah tangga dimana nanti kamu dan wanita yang memilikimu turun menyapa semua tamu undangan termasuk aku. Aku mencoba tegar tapi nyatanya bunyi sepatu yang menggores lantai tangga mampu membuat jantungku berdetak tak karuan hingga akhirnya aku tak mampu menguasai diriku sendiri. Namun hanya tangislah yang bisa ku lakukan atas keadaan ini. Seiring bunyi ketukan sepatu yang semakin keras , terlihatlah sepasang insan manusia menuruni tangga dengan wajah berbinar - binar yang disambut pula senyum bahagia dari tamu undangan, ya kecuali aku.

Mungkin aku bisa menutupi rasa sakit kehilangan ini melalui kata-kataku, tapi bagaimana cara menahan air mata yang menetes dengan sendirinya. Sesampainya kalian di lantai ditempat aku dan seluruh tamu undangan berada, aku semakin tak kuasa melihat ini semua. Aku ada tapi pikiranku entah kemana , aku bisa merasa tapi hampa , bahkan aku bisa tersenyum tapi itu dusta. Kamu menyalami undangan di sebelah kanan tangga dahulu , sedangkan wanitamu menyalami undangan di sebelah kiri tangga dahulu dimana aku berada disitu.

"dek, jaga dia ya." Aku cuma bisa ngucapin itu pada wanita yang akan ada disampingmu saat kau membuka dan menutup matamu.
Aku masih tetap menangis sepanjang prosesi sakral kalian , sampai tibalah akhirnya aku harus berjabat tangan denganmu. Aku bersalaman denganmu di pesta pernikahan , tapi sayangnya bukan di depan penghulu tapi hanya sebagai tamu. Aku tidak bisa berkata apa-apa, aku hanya mampu menatap matamu berharap kamu bisa mengerti sakitnya aku.

"Ma , kamu gak apa-apa?" Aku tak mungkin menjawab baik-baik saja ,  sementara dipipiku berurai air mata. Aku tak sanggup berkata, tapi aku yakin kamu tau yang aku rasa. Aku memegang tanganmu sungguh erat, sekuat tetesan air mata yang kian pesat. Hingga aku semakin tak kuasa , ketika kulihat kaupun meneteskan air mata. Maafkan aku merusak hari bahagiamu, meski berat hatiku tapi aku selalu mendokan yang terbaik bagimu. Rasanya sudah cukup kesedihanku di tempat ini, aku harus pergi ke duniaku yang baru.

Ssst aku terbangun.... ini adalah cerita dari mimpiku tempo hari. :)
Semoga ini benar-benar hanya bunga tidur yang tidak pernah jadi kenyataan.

Share:

0 comments:

Post a Comment